Network
PRFMNEWS - Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan data yang menunjukan kondisi cukup menghawatirkan terkait kalangan lanjut usia (lansia) di wilayah Jawa Barat (Jabar).
Salah satunya, pada tahun 2020 ini, sekira 17 persen lansia di Jabar berstatus cerai. Sementara 55 persen lansia perempuan berstatus cerai. Artinya, hampir separuh dari total lansia yang ada di Jabar harus hidup bergantung pada anaknya atau bahkan hidup sebatang kara.
Menanggapi data ini, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Bandung KH. Miftah Faridl mengungkapkan, keberadaan lansia atau orangtua pada hakikatnya merupakan ladang amal. Untuk itu, ia menyayangkan jika ada anak yang secara sadar mentelantarkan orangtua saat memasuki usia senja.
Baca Juga: BPS Buka Data Kondisi Lansia di Jabar, Status Pendidikan hingga Jaminan Kesehatan 'Mengkhawatirkan'
"Surga ditentukan oleh sikap kita terhadap orangtua. Ciri orang yang soleh adalah mereka yang hormat dan memperlakukan dengan baik orangtuanya," kata Miftah Faridl yang juga Ketua Dewan Pertimbangan MUI Jabar saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Senin 9 November 2020.
Miftah Faridl menambahkan, seorang muslim memiliki kewajiban untuk menolong saudara-saudara yang lemah, khususnya mereka yang lemah karena lanjut usia, ataupun karena faktor-faktor ekonomi.
"Harus kita ingat kembali salah satu ajaran agama Islam, yakni berbuat baik pada kedua orangtua (birrul walidain)," ucapnya.
Baca Juga: Polresta Bandung Klaim Ops Zebra Lodaya 2020 Tidak Ada Penilangan, Hanya Imbauan Protokol Kesehatan
Sementara itu, menurut data Dinas Sosial Jabar, jumlah lansia yang terlantar di wilayah Jabar pada 2019 tercatat sebanyak 569.279 jiwa.
Untuk meningkatkan kesejahteraan sosial lansia, khususnya mereka yang terlantar, Pemerintah Provinsi Jabar telah menerbitkan Pergub Nomor 28 Tahun 2020, dengan nama program “Jabar Nyaah Ka Kolot”.
