Harapan Sederhana Mak Titing, Lansia yang Hidup Sebatang Kara

- 18 Juni 2020, 17:58 WIB
Mak Iting saat menerima bantuan dari DT Peduli, Senin (15/6/2020). Mak Iting merupakan lansia yang hidup sebatang kara di Kampung Sukaasih RT 01 RW 10 Desa Sukamukti, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung.*
Mak Iting saat menerima bantuan dari DT Peduli, Senin (15/6/2020). Mak Iting merupakan lansia yang hidup sebatang kara di Kampung Sukaasih RT 01 RW 10 Desa Sukamukti, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung.* /Dok. DT Peduli

PRFMNEWS - Lahir dan tumbuh menjadi manusia dewasa merupakan sunatullah yang harus dijalani setiap manusia.

Jika jatah kehidupan di dunia ini masih panjang, ia akan mengalami fase kehidupan yang tak pernah bisa dibayangkan sebelumnya. Menjadi tua, lemah, dan tak berdaya.

Di usia yang sudah tak muda lagi itu, bisa bekumpul dan menghabiskan sisa hidup bersama orang-orang tercinta adalah hal yang sangat diidamkan.

Bisa bercengkrama dengan anak yang dilahirkan dan dibesarkan dengan jerih payahnya adalah impianya. Sayangnya, impian tersebut tak bisa diwujudkan Mak Titing.

Sore ini masih sama seperti sore-sore lainnya yang pernah dilalui Mak Titing. Tangannya yang keriput harus kuat mengangkut ember berisi air bersih untuk persediaan di rumah.

Baca Juga: Meski Catat Kasus Corona Tertinggi di Dunia, Trump Sebut Tak Akan Ada Lagi Lockdown di AS

Mak Iting sedang berjalan membawa seember air untuk keperluan mandi dan minum.*
Mak Iting sedang berjalan membawa seember air untuk keperluan mandi dan minum.* Dok. DT Peduli


Untuk mendapatkan air bersih ini, Mak Titing harus berjalan kaki ke kamar mandi umum yang jaraknya sekira 200 meter.

Bagi Mak Titing, menempuh jarak 200 meter dengan seember air bukanlah hal yang mudah mengingat usianya yang sudah menginjak 70 tahun.

Untuk mandi dan kebutuhan minum pun Mak Titing terpaksa menyusuri jalan setapak karena di rumahnya tak ada sumber air.

Ya, di rumah sangat sederhananya ini, Mak Titing tak punya kamar mandi. Hanya ada dapur dan ruang utama sekaligus tempat tidurnya.

Baca Juga: Banyak Job Ditunda Akibat Corona, Andika Eks Kangen Band Jualan Beras

Di rumah beralas tanah berdinding bilik bambu penuh lubang ini, Mak Titing tinggal seorang diri tanpa anak-anak dan suaminya.

Mak Titing adalah warga Kampung Sukaasih RT 01 RW 10 Desa Sukamukti, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. Saat ini, untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, Mak Titing hanya mengandalkan pemberian orang lain.

Waktu Terasa Berhenti

Sebelum suami Mak Titing meninggal enam tahun lalu, Mak Titing biasa aktif di majelis taklim. Ia juga tak harus bersusah payah mencari sesuap nasi hanya untuk menegakkan punggungnya.

Meskipun penghasilan suaminya hanya cukup untuk makan sehari-hari, Mak Titing bahagia karena beban kehidupannya bisa dipikul bersama.

Setelah suaminya meninggal, waktu terasa berhenti begitu saja. Bahkan, salah seorang anak dan cucunya yang biasa membantunya pun meninggal dunia tak lama setelah suami Mak Titing meninggal. Mak Titing terpukul dan hidupnya kini semakin hampa.

Mak Titing mempunyai lima anak dan salah seorang diantaranya meninggal dunia.

Baca Juga: Update 18 Juni: Positif Covid-19 Kabupaten Bandung Bertambah Seorang, Total Menjadi 92

Menurut Ketua RT 01, Asep Heri, setelah suaminya meninggal dan rumahnya dijual, anak-anaknya jarang menemui Mak Titing, bahkan keberadaan beberapa anaknya pun sampai sekarang belum diketahui.

Masih menurut keterangan RT setempat, Mak Titing kerap berjalan sendiri dan mencari anak atau cucunya yang sudah meninggal. Ia juga kerap memanggil dan menganggap orang lain sebagai anaknya.

“Kadang kalau teralu lapar atau terlalu rindu, Mak Titing suka gitu. Malah saya pernah nemuin Mak Titing keluar malam-malam hujan dalam kondisi lapar pergi tanpa arah tujuan,” kata Asep.

Relawan DT Peduli bersama Mak Iting.*
Relawan DT Peduli bersama Mak Iting.* Dok. DT Peduli


Ditemui Daarut Tauhiid (DT) Peduli di rumahnya pada Senin (15/6/2020) usai mengambil air bersih, Mak Titing tampak sumringah.

Disambutnya bantuan sembako dari DT Peduli dengan penuh suka cita. Hatinya semakin gembira karena untuk beberapa hari ke depan ia tak harus menahan rasa laparnya atau tidur dalam keadaan lapar.

Meskipun demikian, dalam lubuk hati terdalamnya Mak Titing sangat mengharapkan anak-anaknya datang menemuinya.

Saat ditanya keberadaan anak-anaknya saat ini, Mak Titing hanya menjawab kalau anak-anaknya berada tak jauh darinya.

Baca Juga: Update 18 Juni: Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Menjadi 42.762

Tatapan matanya kosong dan berair seperti menahan sesak saat ditanya apakah Mak Titing rindu dengan anak-anaknya.

Mak Titing juga selalu memaklumi jika anak-anaknya tak bisa menemuinya karena anak-anaknya sudah memiliki kehidupan masing-masing.

“Kantenan atuh Neng sono mah (Tentu saja Neng rindu),” ujarnya sambil terbata-bata sambil menahan isak.

Baca Juga: MUI Apresiasi Pemerintah yang Minta DPR Tunda Pembahasan RUU HIP

Mak Titing hanyalah salah seorang dari sekian banyak lansia yang harus bertahan hidup sendiri.

Sejak relawan DT Peduli mendapat laporan tentang Mak Titing, Mak Titing menjadi prioritas untuk mendapatkan berbagai bantuan dari DT Peduli dari mulai batuan sebako, kesehatan, dan bantuan lainnya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Sumber: DT PEDULI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x