Namun sayangnya, di penghujung tahun 2000 aktivitas kereta api pengangkut batu bara yang melintasi jalur tersebut berhenti beroperasi. Hal ini akibat berkurangnya produksi batu bara di Sawahlunto.
Kemudian pada 2009, jalur legendaris itu kembali dibuka untuk perjalanan KA Wisata Mak Itam yang hanya bertahan selama enam tahun, dan akhirnya dinonaktifkan lagi pada 2014.
Sampai akhirnya KA Wisata Mak Itam dihidupkan kembali setelah 8 tahun ‘tertidur’ di museum berkat kolaborasi 4 BUMN meliputi: KAI, Biofarma, Pupuk Indonesia, dan Semen Indonesia, serta Injourney sebagai Ketua Project Management Office BUMN untuk Pariwisata Sumatera Barat.
Baca Juga: Lembang Diprediksi Macet Saat Nataru, Polres Ciamahi Siapkan Skema Pengaturan Lalin
Atas kerja sama ini, kini stasiun hingga kereta wisata itu pun berganti nama dengan menyelipkan nama perusahaan BUMN tersebut.
Nama resmi pada Stasiun Sawahlunto menjadi Stasiun Sawahlunto Biofarma, Stasiun Muaro Kalaban menjadi Stasiun Muarokalaban Pupuk Indonesia, dan kereta api wisatanya bernama KA Wisata Mak Itam SIG.
Selain mengubah nama-nama tersebut, KAI juga melakukan sejumlah perbaikan di sepanjang jalur lintasan KA Wisata Mak Itam SIG.
Perbaikan itu antara lain dilakukan pada 2 unit jembatan, terowongan, persinyalan, bangunan stasiun, dan dipo.
Baca Juga: Muktamar XII Pemudi Persis Resmi Digelar Hari ini di Soreang Kabupaten Bandung
Selain itu, KAI juga menghidupkan lagi lokomotif uap bersejarah yaitu Lokomotif Uap E1060 buatan Jerman pada 1965 untuk menarik rangkaian KA Wisata Mak Itam SIG yang dulu pernah digunakan melayani angkutan batu bara.