Network
7. Mencegah Penyakit Alzheimer
Penyakit Alzheimer merupakan gangguan neurologis progresif yang menyebabkan otak menjadi menyusut dan sel-sel otak menjadi mati. Penyakit ini ditandai dengan beberapa gejala, dimulai dari daya ingat yang menurun, ketidakmampuan untuk menjalin komunikasi, hingga menurunnya fungsi kognitif yang dimilikinya.
Risiko munculnya penyakit Alzheimer ini sendiri disebut bisa ditekan dengan mengonsumsi jamur kuping. Hasil sebuah penelitian yang dimuat dalam International Journal of Medicinal Mushroom mengatakan bahwa pengkonsumsian jamur kuping, jamur shiitake, jamur kancing, dan jamur enoki bisa membantu mencegah kepikunan, termasuk juga penyakit Alzheimer.
Berdasarkan penelitian tersebut, nutrisi yang terkandung dalam jamur kuping dan berbagai jamur lain yang disebutkan di atas, bisa menghambat enzim BACE1 (beta-site APP-cleaving enzyme). Enzim BACE1 ini sendiri berperan dalam melepaskan beta-amyloid peptide, yang merupakan senyawa dengan efek buruk bagi otak.
8. Membantu Menurunkan Berat Badan
Jamur kuping merupakan salah satu bahan makanan yang bisa kamu jadikan sebagai salah satu menu diet untuk mencapai berat badan ideal. Kandungan serat yang melimpah pada jamur kuping akan bisa memberikan efek kenyang lebih lama setelah dikonsumsi. Dengan begini, maka secara gak langsung akan membuat kamu mengonsumsi lebih sedikit makanan dibanding sebelumnya.
9. Mencegah Anemia
Anemia merujuk pada kondisi di mana seseorang kekurangan sel darah merah sehat, yang berfungsi untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Saat seseorang mengalami anemia, maka dirinya cenderung akan merasa tubuhnya lemah dan lelah. Kondisi satu ini bisa bantu dicegah dengan mengonsumsi jamur kuping karena kandungan zat besi yang dimilikinya.
Kandungan zat besi yang dimiliki oleh jamur kuping akan membantu tubuh untuk memproduksi hemoglobin dan mioglobin. Dengan begini, maka risiko terjadinya anemia pun akan bisa dihindari. Selain juga membantu mencegah anemia, asupan zat besi dari jamur kuping ini juga bisa membantu mengurangi risiko terjadinya pre-menstrual syndrome pada wanita.
