Melihat Lebih Dekat Kebun Kurma Ajwa di Madinah, Makanan Kesukaan Nabi Muhammad SAW

25 Juli 2022, 15:15 WIB
Salah satu perkebunan kurma terbesar di Madihah yaitu Castle Farm /Moh Arief Gunawan/PR

PRFMNEWS - “LAND of Ajwa” itulah salah satu julukan Kota Madinah. Kurma Ajwa adalah Madinah dan Madinah adalah tanah Ajwa. Tak bisa dipungkri, Kurma Ajwa adalah yang terbaik dari Madinah.

Ada berbagai jenis kurma yang bisa ditanam di tanah haram itu, tetapi tak ada yang bisa menandingi kemasyuran buah bernama latin Phoenix Dactylifera L. itu.

Klaim yang layak bagi buah berjuluk “Kurma Nabi” itu. Kurma berwarna hitam tersebut merupakan salah satu makanan kesukaan Rasulullah Muhammad SAW. Kurma Ajwa pertama kali ditanam oleh Rasulullah di sebelah Masjid Quba, Madinah.

Baca Juga: Kenali Pola Makan Sehat Rasulullah: Makan Kurma di Pagi Hari, Tidur Sejenak Sebelum Makan Besar

Nama Ajwa diambil dari nama anak Salman Al Farisi, seorang sahabat yang mewakafkan lahan kurmanya untuk perjuangan Islam. Untuk mengenang jasa-jasanya, Rasulullah menamakan kurma yang dimakannya saat berbuka puasa dengan nama Ajwa.

Dalam hadis riwayat Al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda “Barang siapa mengonsumsi tujuh butir kurma ajwa pada pagi hari, maka hari itu ia tidak akan terkena racun maupun sihir.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Keutamaan Kurma Ajwa itulah yang membuat buah ini menjadi salah satu oleh-oleh wajib bagi jemaah haji asal Indonesia khususnya saat berada di Madinah. Meskipun harganya lebih mahal dibandingkan jenis kurma lainnya, tetapi Ajwa tetap menjadi buruan.

Baca Juga: Campurkan Kurma dan Santan, Kombinasi Bahan Alami untuk Kesehatan Tubuh Ala dr Zaidul Akbar

Proses pengemasan Kurma Ajwa di perkebunan Castle Farm, Madinah Moh Arief Gunawan/PR

Harganya pun beragam tergantung pada ukuran dan kualitasnya. Semakin besar buah, hitam warnanya, dan lembut teksturnya maka harganya semakin tinggi.

Untuk mengetahui produksi Kurma Ajwa mulai dari panen sampai dengan pengemasan, “PR” berkesempatan mengunjungi salah satu perkebunan kurma terbesar di Madihah yaitu Castle Farm. Lokasinya berada di wilayah Madesah, Madinah Utara, sekitar 30 km dari pusat Kota Madinah.

Perusahaan tersebut memiliki 10 perkebunan kurma di Madinah dengan luas sekitar 125 hektare. Jumlah pohon kurma yang mereka kelola lebih dari 4.000 pohon. Dari jumlah itu 90 persen di antaranya adalah pohon Kurma Ajwa. Beberapa jenis kurma lainnya yang juga ditanam di perkebunan itu antara lain Ambar dan Sukari.

Baca Juga: Pilih yang Mengkilap, Ini Tips Mencari Kurma Berkualitas Bagus

CEO Castle Farm, Raed AlRehili menjelaskan, perkebunannya merupakan salah satu penghasil Kurma Ajwa terbesar di dunia. Mereka bisa menghasilkan 1.500 metrik ton Kurma Ajwa per tahunnya. Dari jumlah itu 95 persen adalah untuk diekspor. Indonesia menjadi salah satu pasar terbesar Castle Farm yaitu sebanyak 500 metrik ton sampai dengan 600 metrik ton per tahunnya.

“Kami memproduksi Kurma Ajwa terbaik di Madinah dan menyuplai untuk pihak kerajaan juga. Sejak tiga tahun lalu perusahaan kami memang fokus untuk ekspor, salah satunya ke Indonesia. Untuk perkebunan sendiri, kami adalah generasi ketiga yang mengelolanya,” tutur AlRehili, saat berbincang di perkebunannya, Sabtu 23 Juli 2022.

Di perkebunan itu dua sistem pemeliharaan yang diterapkan yaitu dengan sistem organik dan konvensional. Untuk organik, mereka murni mengurus setiap pohon secara alami tanpa campur tangan pestisida atau bahan kimia lainnya. Hal itu tentu membuat kualitas kurma yang dihasilkan lebih sehat dan berkualitas.

Baca Juga: Jemaah Haji yang Sakit Mulai Dievakuasi ke Madinah

Kurma Ajwa kemasan Castle Farm, Madinah Moh Arief Gunawan/PR

AlRehili menegaskan, tujuan utama dari perusahaannya bukan hanya keuntungan semata. Hal yang terpenting adalah memberikan edukasi dan pemahaman kepada banyak orang bahwa Madinah adalah penghasil kurma terbaik.

“Kami tidak ingin ada anggapan bahwa Arab Saudi menghasilkan kurma dengan kualitas rendah. Untuk itulah kami menjaga kualitas dengan menyajikan kurma terbaik dengan pengontrolan kualitas dari mulai di perkebunan sampai dengan pemasaran agar semuanya terjaga. Selain itu karena Ajwa adalah kurma Madinah, seluruh pohon yang ditanam berada di Madinah. Kurma yang kami hasilkan asli Madinah. Kami menjamin itu,” tuturnya.

Terkait omzet pertahun, dia enggan menuturkannya. Namun, untuk pemasarannya selain ekspor dan lokal, pihaknya juga menjual secara online di pasar digital. Sebagai gambaran untuk satu kotak Kurma Ajwa dengan berat 5 kilogram di pasar digital dijual seharga Rp1,5 juta.

Waktu panen terbaik

AlRehili menjelaskan bahwa pohon Kuma Ajwa baru bisa berbuah setelah lima tahun ditanam. Untuk panennya hanya setahun sekali. Waktu terbaik untuk panen adalah sekitar bulan Juli sampai dengan September, saat puncak musim panas. Untuk setiap pohon kurma bisa menghasilkan 60 kg-100 kg.

Untuk prosesnya sendiri sudah dimulai sejak bulan Oktober. Dia menjelaskan, dalam tahap awal setiap pohon harus dibedakan antara pohon jantan dan betina. Hanya pohon betina yang menghasilkan buah. Proses penyerbukannya juga dilakukan secara manual oleh para pekerja dengan mengambil serbuk sari dari pohon jantan kemudian disentuhkan ke putik bunga pohon betina.

Selama proses itu, pohon harus mendapatkan asupan air dan nutrisi yang cukup. Untuk satu pohon, pihaknya menyiapkan 200 liter air per minggu. Untuk suplai air, perusahaan memiliki sumber air sendiri yang disalurkan lewat pipa pipa ke setiap pohon.

“Hal itu mengapa Ajwa harganya mahal. Selain karena Kurma Nabi dan hanya tumbuh di Madinah, biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan juga cukup besar. Kami harus menjaga itu untuk bisa menghasilkan buah kurma terbaik dari segi ukuran, warna, dan teksturnya,” ujarnya.

Saat buah sudah mulai matang, pihaknya kemudian membungkus kurma-kurma tersebut dengan karung agar terhindar dari sengatan matahari langsung dan hama. Menurut AlRehili, hal itu dilakukan untuk menjaga kualitas warna hitam kurma. Jika tidak dibungkus, maka warna buah akan menjadi merah.

“Saat pandemi perkebunan kami terkena imbasnya. Hal itu karena sulitnya mendapatkan tenaga kerja untuk mengurus perkebunan. Saat itu 50 persen produk kami rusak terimbas pandemi,” ujarnya.

Setelah kurma dipanen, buah langsung dibawa ke tempat pengemasan yang berlokasi dekat dengan perkebunan. Untuk masuk ke tempat itu, setiap pengunjung harus higienis dengan memakai tutup kepala, masker, dan sarung tangan.

Di sanalah buah kurma langsung dimasukan dalam mesin pencucian untuk menghilangkan debu dan kotoran lainnya. Setelah itu, kurma akan disortir di mesin konveyor oleh para pekerja. Kurma yang kondisinya rusak langsung dipisahkan. Kurma yang tidak layak itu bisa diolah kembali menjadi makanan lainya seperti selai atau bahkan dijadikan makanan ternak.

Kurma yang lolos seleksi kemudian akan masuk ke tempat penyortiran ukuran buah. Ukuran juga menjadi salah satu yang menentukan grade kurma. Semakin besar buah tentunya kualitasnya semakin tinggi. Proses terakhir adalah pengemasan buah dalam kotak-kotak khusus untuk kemudian siap disitribusikan ke pasar.

“Kurma ini tahan lama dan lebih bagus jika disimpan di pendingin dengan suhu udara sekitar 5 derajat celcius. Kami menjamin kualitas dari kurma yang ada di sini. Ini adalah Ajwa asli Madinah, karena Ajwa memang hanya berasal dari Madinah,” kata AlRehili.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler