Pakar Epidemiologi Soal Protokol Kesehatan Covid-19: Pemimpin dan Tokoh Jangan Memicu Ketidakpatuhan

- 16 November 2020, 09:29 WIB
Imam Besar Front Pembela Ismlam (FPI) Habib Rizieq Shihab (tengah), menyapa ribuan jamaahnya di jalur Puncak, Simpang Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat, 13 November 2020. Kedatangannya ke Pondok Pesantren Alam Agrokultural Markaz Syariah DPP FPI, Megamendung, Kabupaten Bogor untuk melaksanakan salat Jumat berjamaah sekaligus peletakan batu pertama pembangunan masjid di Ponpes tersebut.
Imam Besar Front Pembela Ismlam (FPI) Habib Rizieq Shihab (tengah), menyapa ribuan jamaahnya di jalur Puncak, Simpang Gadog, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat, 13 November 2020. Kedatangannya ke Pondok Pesantren Alam Agrokultural Markaz Syariah DPP FPI, Megamendung, Kabupaten Bogor untuk melaksanakan salat Jumat berjamaah sekaligus peletakan batu pertama pembangunan masjid di Ponpes tersebut. /ANTARA/Arif Firmansyah

PRFMNEWS - Pakar Epidemiologi dari Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya, Dr. Windhu Purnomo, dr., MS., mengatakan, pejabat atau pemimpin dan tokoh masyarakat harus menjadi teladan dalam kampanye penerapan protokol kesehatan untuk mencegah penularan pandemi virus Corona (Covid-19).

Jangan sampai, pajabat dan tokoh yang menjadi panutan tidak memberikan contoh bagi masyarakat mengenai penerapan protokol kesehatan.

"Kalau tokoh sendiri punya persepsi risiko rendah (risiko Covid-19), dan malah memicu ketidakpatuhan terhadap protokol kesehatan, ya ambyar," kata Windhu saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Minggu 15 November 2020.

Baca Juga: Link Pendaftaran Tahap 2 Bantuan UMKM Rp2,4 Kabupaten Bandung Bisa Anda Dapatkan di Sini

Baca Juga: Tak Naik dan Tak Turun, Harga Emas Masih Tetap di Bawah Rp1 Juta Pergram

Baca Juga: Joan Mir Juara Dunia, Ini Tabel Klasemen Sementara MotoGP, Valentino Rossi Ada di Posisi 15

Dia mengatakan, pemerintah dan masyarakat punya tanggungjawab yang sama untuk mematuhi protokol kesehatan.

Semua elemen masyarakat harus memiliki kesadaran yang tinggi akan risiko Covid-19. Dan pemerintah harus memberikan pemahaman mengenai risiko bahaya Covid-19.

"Jangan sampai masyarakat tidak tahu risiko karena bersaing dengan informasi yang menyesatkan," kata Windhu.

Lebih lanjut dia mengatakan, dalam strategi penanganan wabah, epidemi maupun pandemi, hal utama yang harus dilakukan adalah testing dan tracing.

Baca Juga: Doni Sebut Pemprov DKI Tak Pernah Terbitkan Izin Kegiatan Kerumunan, Termasuk Acara Habib Rizieq

Baca Juga: Gara-Gara Langgar Protokol Kesehatan, Habib Rizieq Didenda Rp50 Juta

Baca Juga: Menaker Ida Fauziyah Pastikan Tak Tunda Pencairan Termin 2 BLT BPJS Ketenagakerjaan Rp600 Ribu

Testing dan tracing menjadi penting untuk memetakan penyebaran kasus, sehingga nantinya bisa ditangani.

"Pencarian dan penemuan kasus adalah yang utama, kalau tidak ditemukan (kasus), tidak bakal bisa ditangani. Tidak bisa mencegah penularan, kalau tidak tahu siapa penularnya. Tidak bisa merawat, tidak bisa mencegah kematian, kalau tidak tahu siapa yang menderita," katanya.

"Jadi yang paling utama adalah penemuan kasus, dimana pun strategi utama dalam epidemiologi setiap ada wabah penyakit menular, kita harus temukan kasus sebanyak mungkin," tandasnya.***

Editor: Rian Firmansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x