Network
PRFMNEWS - Bunda Forum Anak Daerah (FAD) Jawa Barat Atalia Praratya Ridwan Kamil telah mendatangi dan berinteraksi langsung dengan para korban pemerkosaan HW pelaku predator anak dari sebuah lembaga pendidikan keagamaan di kota Bandung.
Atalia mengatakan, saat berinteraksi langsung dengan para korban dirinya merasakan kesedihan dan hatinya terasa teriris-iris karena menemukan fakta yang mengejutkan.
Menurut Atalia, saking polosnya para korban, ada beberapa belum paham bahwa mereka adalah korban tindakan bejad tidak bermoral dari gurunya sendiri.
Baca Juga: Shopee 12.12 Birthday Sale TV Show Datangkan TOMORROW X TOGETHER, Al & Andin, dan 3 Bintang Dangdut
Baca Juga: Meski Kosong, Jangan Sekali-kali Kamu Parkir di Sini!
"Awal juni lalu saat kami berinteraksi langsung dengan para korban, hati rasanya teriris-iris. Mereka begitu polos, bahkan beberapa belum paham bahwa mereka adalah korban tindakan bejad tidak bermoral dari gurunya sendiri," kata Atalia dalam unggahan instagramnya yang dikutip prfmnews.id hari ini Jumat, 10 Desember 2021.
Atalia menyatakan, saat ini pihakya fokus pada 4 hal yaitu dalam proses hukum pelaku HW, menyelamatkan masa depan korban, memastikan hal setupa tak terjadi lagi, dan menghentikan informasi yang menyudutkan korban.
Atalia menegaskan, kasus ini sudah ditangani oleh UPTD PPA Jabar bersama dengan PPA POLDA JABAR Sejak 27 Mei 2021 berkolaborasi dengan Pemkot Bandung.
Baca Juga: PPKM Level 3 Batal, Kadisdik Jabar: Pembagian Raport Tetap di Bulan Januari
Bahkan dia memastikan jika dirinya terus memantau dengan berinteraksi dengan para korban dan orang tuanya agar mereka mendapat perlindungan.
"Saya sendiri sejak awal juni 2021 secara langsung terus memantau dan berinteraksi dengan korban dan orang tuanya untuk memastikan anak-anak memdapatkan hak perlindungannya," katanya.
Atalia pastikan jika pelaku kini sudah menjalani proses hukum.
Baca Juga: Soal Kasus Guru Cabuli Siswi di Kota Bandung, Kemenag Cabut Izin Sekolah dan Tangani Langsung Korban
Dia pun memastikan korban sudah kembali ke keluarganya masing-masing dan mendapat pemantauan dari tim trauma healing.
"Dalam rangka melindungi anak-anak/korban dan juga sebagai upaya untuk menghindari stigma/pelabelan dari masyarakat, demi kepentingan terbaik bagi anak, pihak pemerintah provinsi maupun dari pihak polda Jabar pada saat itu tidak melakukan release di media," katanya.
Dia pun mengajak semua pihak untuk sama-sama melindungi korban.***
