Waspada KLB Difteri di 7 Wilayah Jabar, Kenali Gejala, Cara Penularan dan Upaya Pencegahan

3 Maret 2023, 11:00 WIB
Imunisasi difteri di Garut yang digelar Dinkes Jabar. /Jabarprov.go.id/

PRFMNEWS – Dinas Kesehatan Jawa Barat mengimbau masyarakat untuk waspadai wabah difteri memicu kejadian luar biasa (KLB) yang berpotensi terjadi di 7 kabupaten/kota di Jabar.

Untuk mencegah KLB difteri, Dinkes Jabar mengimbau masyarakat mengenali gejala, cara penularan, hingga cara mencegah agar tidak terinfeksi bakteri Corynebacterium Diphtheriae.

Gejala, cara penularan hingga upaya pencegahan tertular difteri ini penting diketahui agar lebih mudah memberikan pertolongan dan penanganan pada penderita sedini mungkin.

Baca Juga: Bupati Bandung Dadang Supriatna Resmi Bergelar Doktor pada Bidang Ilmu Ekonomi

Dikutip dari Instagram resmi Pemprov Jabar, KLB difteri pertama kali ditemukan di Kabupaten Garut yang menyebabkan 7 orang meninggal dunia.

Ketua Tim Surveilans Dinkes Jabar Dewi Ambarwati mengatakan, penyebab pasien meninggal didominasi karena mereka tidak memahami tentang penyakit difteri sehingga lalai dalam penanganan pertama.

Padahal difteri merupakan penyakit menular yang tidak boleh disepelekan karena tergolong penyakit yang berisiko merusak jantung, ginjal atau otak penderitanya.

Bakteri penyebab difteri ini dapat menyebar dari orang ke orang lain melalui percikan (droplets) dan air liur saat batuk atau bersin juga melalui luka terbuka pada kulit.

Baca Juga: Polisi Buru 5 Terduga Pelaku Pembacokan Remaja Viral di Depo Air Minum Riung Bandung

Difteri bisa menular ke siapa saja tak mengenal usia baik itu anak, remaja atau dewasa dan jenis kelamin wanita maupun pria. Mereka yang lebih berisiko tertular difteri, antara lain:
- Tidak mendapatkan vaksin difteri secara lengkap
- Tinggal di area padat penduduk atau buruk kebersihannya
- Bepergian ke wilayah merebaknya wabah difteri
- Memiliki penyakit yang menekan daya tahan tubuh ( immunocompromise).

Gejala-gejala difteri baru muncul umumnya pada 2-5 hari setelah orang ini terinfeksi bakteri Corynebacterium Diphtheriae.

Biasanya gejala yang dapat diamati antara lain, muncul lapisan tipis berwarna abu-abu yang menutupi tenggorokan dan amandel penderita.

Baca Juga: Debt Collector ‘Belang Biru’ Pembentak Polisi Minta Maaf Sampai Titip Pesan ke Rekan-rekannya

Gejala lain yang dirasakan seperti lemas, suara serak, batuk, pilek, sakit tenggorokan menggigil, demam, muncul benjolan di leher akibat pembengkakan kelenjar getah bening.

"Gejala-gejalanya demam dan sakit menelan. Kemudian kalau dilihat di pangkal tenggorokannya ada selaput putih keabuan. Nah itu harus segera ditangani karena kalau terlambat, racun dari difteri itu bisa sampai ke jantung, dan itulah yang menyebabkan kematian," jelas Dewi.

Kemudian terkait upaya pencegahan yang harus dilakukan sedini mungkin agar tidak terinfeksi bakteri difteri adalah:

- Pastikan anak menerima imunisasi DPT (vaksin difteri dikombinasikan dengan vaksin pertusis dan tetanus), DT, dan Td.

Imunisasi DPT diberikan pada usia 2, 3, 4 dan 18 bulan. Imunisasi DT saat kelas 1 SD, dan Imunisasi Td saat kelas 2 dan 5 SD.

Baca Juga: Puasa 24 Jam untuk Detoks Baik Bagi Tubuh? Begini Penjelasan dr. Zaidul Akbar

- Segera konsultasi dengan dokter jika anak belum imunisasi DPT. Lakukan imunisasi kejar jika vaksin DPT tertinggal.

- Berikan antibiotik sesuai resep dokter pada orang yang pernah kontak erat dengan penderita difteri sebagai pencegahan.

- Jaga kebersihan dan pola makan yang sehat dan bergizi.

- Hindari penggunaan alat-alat makan atau peralatan sehari-hari lainnya secara bersamaan.

Ditambahkan Dewi, ada enam daerah lain di Jabar yang kini terdapat suspek difteri dan telah dilakukan penanganan.

Baca Juga: Perluas Layanan, Pemprov Jabar Harap Octopus Tingkatkan Kesadaran Masyarakat Kelola Sampah Sendiri

Bentuk penanganan ini yakni dengan memberikan Anti Difteri Serum (ADS) terhadap pasien suspek tersebut, pelacakan kontak erat, dan pengambilan sampel dari suspek.

Enam daerah itu adalah Cianjur, Tasikmalaya, Indramayu, Karawang, Bandung Barat, Kota Bogor, dan Sukabumi.

"Sudah kita lakukan treatment di enam daerah tersebut, tinggal menunggu hasil laboratoriumnya," tuturnya.***

Editor: Indra Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler