Sesar Lembang Sudah Dua Tahun 'Tidur' Bikin BMKG dan Warga Harus Makin Waspada, Kenapa?

23 Januari 2021, 11:49 WIB
SALAH satu bagian sesar Lembang di Tebing Keraton, kawasan Taman Hu­tan Raya Ir H Djuanda, Desa Ciburial, Kabupaten Bandung, Selasa, 2 Oktober 2018.*/ARIF HIDAYAH/PR /arif hidayah/

PRFMNEWS – Sesar Lembang pada dua tahun terakhir ini berada dalam kondisi tenang atau “tidur”. Kendati demikian, hal ini justru yang diwaspadai oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandung.

Diketahui, sejak tahun 2019 pergerakan tanah di Sesar Lembang yang mengakibatkan gempa tidak terjadi. Padahal menurut catatan BMKG, pada periode tahun 2010-2012 ada 14 kali gempa akibat pergerakan tanah di Sesar Lembang.

Kasie Data dan Informasi BMKG Bandung, Rasmid menyatakan alasan kenapa pihaknya begitu mewaspadai pergerakan di Sesar Lembang belakangan ini. Pasalnya, menurut Rasmid, gempa terjadi ketika energi yang dikumpulkan telah cukup.

Baca Juga: Spesifikasi dan Harga Xiaomi Poco M3 yang Resmi Masuk Indonesia

Sesar Lembang sendiri sudah melepaskan energinya pada periode 2010-2012 lalu. Sehingga saat tidak menunjukan adanya pergerakan sama sekali, artinya Sesar Lembang massih dalam proses pengumpulan energi untuk dihempaskan.

(BMKG prediksi gempa akibat Sesar Lembang hingga magnitudo 6,9 dan terasa di Kota Bandung. Baca hingga akhir artikel untuk ketahui penjelasannya)

Baca Juga: 25 Orang Terpapar Corona, Kantor DPRD Kota Bandung Ditutup Hingga 25 Januari

“Gempa bumi itu ketika dia sudah terkumpul energinya, baru dia akan dilepaskan. Sesar Lembang ini sudah dilepaskan pada tahun 2010-2012. Dari tahun 2012 ke sini, itu adalah masa-masa pengumpulan energi, jadi masa-masa tenang dia mengumpulkan energi lagi dan suatu saat dia akan melepaskan energi tersebut,” ucapnya saat on air di Radio PRFM 107,5 News Channel, Sabtu 23 Januari 2021.

Ia pun tak menampik jika banyak orang yang mengira bahwa Sesar Lembang sudah tidak aktif lagi. Sehingga banyak pengembang yang membangun pemukiman di lokasi yang berdekatan dengan Sesar Lembang.

“Karena sudah terlanjur ada pemukiman, kantor pemerintahan juga, ada tempat wisata, maka kita tidak bisa apa-apa. Salah satu caranya yaitu dengan mengenalkan pada masyarakat bahwa di sekitar wilayah kita itu ada ancaman yang cukup besar, yaitu Sesar Lembang yang suatu saat bisa saja bergerak,” kata dia.

Baca Juga: Jadwal Acara RCTI Hari Ini 23 Januari 2021: Ada Ikatan Cinta dan Perempuan Pilihan

Untuk itu, pihaknya bersama sejumlah instansi terkait melakukan edukasi dan sosialisasi pada masyarakat terkait apa yang harus dilakukan pada saat gempa, sebelum gempa, dan setelah gempa.

“Kita harus mengedukasi masyarakat yang ada di wilayah itu, baik ke sekolah-sekolah, kami melakukan BMKG goes to school. Antisipasi sebelum gempa bumi, saat gempa bumi, dan setelah gempa bumi itu harus dipersiapkan. Kita ke instansi pemerintah dan masyarakat umum juga selalu memberikan informasi terkait hal tersebut” ujarnya.

Selain itu, ia meminta para pengembang atau warga yang hendak membangun tempat tinggal untuk memperhatikan aturan yang ada guna meminimalisir risiko bencana.

Baca Juga: Spesifikasi dan Harga Xiaomi Poco M3 yang Resmi Masuk Indonesia

“Kalau struktural itu bangunan yang akan dibangun, yang belum terlanjur itu harus masuk dalam building code yang harus dibangun di Sesar Lembang, kemudian memberikan sosialisi dan capacity building tentang hal tersebut,” ujarnya.

Kemungkinan Gempa Berkekuatan Magnitudo 6,9 di Kota Bandung

Seperti diketahui Sesar Lembang membentang kurang lebih 29 KM. Sesar Lembang ini diketahui meliputi Padalarang, Lembang, Maribaya, Gunung Batu, hingga Gunung Manglayang.

“Kami sudah petakan dari mulai Padalarang, Kota Lembang, Maribaya, Gunung Batu, sampai Gunung Manglayang. BNPB pun akan membuat rambu peringatan,” jelas Rasmid.

Baca Juga: Ketua Satgas Covid-19 Doni Monardo Akui Dirinya Positif Covid-19 Hari Ini

Sesar Lembang sendiri terbagi menjadi tiga segmen, yakni segmen timur Gunung Manglayang, segmen tengah Lembang, dan segmen barat di Padalarang.

Jika ketiga segmen tersebut bergerak bersamaan, maka kemungkinan gempa yang dihasilkan adalah magnitude 6,8-6,9. Sementara jika bergerak di saat yang berbeda, maka gempa yang dihasilkan magnitudonya 2,5-3.

“Bukan bermaksud menakuti, tapi kita harus bersiaga. Berdasarkan sejarah kegempaan yang di Sesar Lembang yang panjangnya antara 25-29 KM, terdiri dari 3 segmen,” kata dia.

Menurut BMKG, paling lama gempa bakal terasa di Kota Bandung karena Kota Bandung berada di cekungan dan terisi oleh bangunan top soil yang belum terpadatkan secara sempurna.

Baca Juga: Cuaca Bandung Hari Ini 23 Januari 2021, Ini Pemaparan BMKG Bandung

“Akan terasa di Kota Bandung, karena dulunya cekungan dan terisi oleh bangunan top soil yang belum terpadatkan secara sempurna, ketika ada gelombang seismik yang masuk ke dalam cekungan, maka gelombang itu akan bergetar lebih lama dibandingkan dengan getaran di pusatnya di Lembang,” ujarnya.

Untuk itu Rasmid meminta warga waspada akan potensi bencana ini. Salah satunya dengan melihat perkembangan gempa di website BMKG.

“Kita harus menyiapkan diri, bisa dibuka di website BMKG untuk melihat apa yang bisa dilakukan di saat sebelum gempa bumi, saat gempa bumi, dan setelah gempa bumi,” tutupnya.***

Editor: Haidar Rais

Tags

Terkini

Terpopuler