Kasus Penularan HIV dari Ibu ke Anak di Kota Bandung Masih Tinggi, Pemkot Siapkan Strategi Pencegahan

- 4 Maret 2023, 16:10 WIB
Ilustrasi penularan HIV AIDS dari ibu ke anak di Kota Bandung
Ilustrasi penularan HIV AIDS dari ibu ke anak di Kota Bandung /Reuters/Ajay Verma

PRFMNEWS - Pemerintah Kota Bandung menyiapkan strategi untuk mencegah penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bandung sejak tahun 1991 hingga Desember 2021 terdapat 5.843 kasus HIV/AIDS.

Sedangkan estimasi angka orang dengan HIV (ODHIV) di Kota Bandung sebanyak 10.871 kasus.

Baca Juga: Jangan Parkir di 11 Tempat Ini Jika Tidak Ingin Diderek Petugas Dishub Kota Bandung

Ketua Pokja Pemberdayaan Masyarakat Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Bandung Yunimar Mulyana mengungkapkan, dari 5.843 kasus HIV/AIDS yang sudah diketahui, sebanyak 11,11 persennya berasal dari kalangan ibu rumah tangga.

"Ini menjadi PR kita agar para ibu tersebut mau memeriksakan dirinya. Bahkan, di Kota Bandung juga ada anak yang terjangkit HIV sekaligus juga terkena stunting karena ibunya tidak mau diperiksa dan minum obat," ujarnya dalam Seminar PPIA Menuju Indonesia Emas Tahun 2045 di Gedung Graha Binangkit, Sabtu 4 Maret 2023.

Diharapkan Yunimar, para ibu hamil penyintas HIV/AIDS minimal mau meminum obat antiretroviral (ARV).

"Kemarin yang kita dapatkan itu, ibunya tidak mau minum obat. Sehingga anaknya tertular," ungkapnya.

Baca Juga: Turis Asing di Bali Protes dengan Suara Ayam Berkokok, Kirim Petisi ke Kantor Camat

Ketua Pokja Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) Kota Bandung, dr. Nova Dianthy memaparkan, beragam upaya telah dilakukan untuk mencari angka hilang tersebut melalui kolaborasi pentahelix. Namun, menurutnya hal tersebut perlu dilaksanakan lebih masif lagi di lapangan.

"Kita masih menemukan anak yang terkena HIV/AIDS karena tertular dari ibunya disebabkan ibunya lost to follow up. Sang ibu tidak memeriksakan HIV saat kehamilan," bebernya.

Technical Consultant UNAIDS Indonesia, dr. Bagus R. Prabowo mengatakan, jika bicara mengenai HIV 10 tahun lagi bukan lagi berbicara mengenai negara Afrika, tapi negara di bawahnya yang justru angka prevalensinya rendah salah satunya Indonesia.

"Asia akan jadi the next Afrika karena pengobatannya paling rendah. Berbeda dengan Afrika yang sekarang pengobatannya sedang dikejar. Indonesia saat ini berada di rangking 4 dari bawah," ujarnya.

Strategi berupa slogan sudah lagi tidak 'masuk' untuk generasi sekarang. Strategi yang lebih baik saat ini ia istilahkan dengan menyodorkan 'wastafelnya'.

Baca Juga: Apa Kabar Proyek PLTSa Gedebage dan PT BRIL? Ini Kata Bappelitbang Kota Bandung

"Istilahnya kita lemparkan saja wastafelnya. Kita paparkan apa yang terjadi. Jangan merasa tabu untuk membahas hal tersebut. Apalagi infeksi menular seksual (IMS) di kita itu tinggi di kalangan ibu-ibu karena suaminya 'jajan'," kata Dokter Bagus.

Dokter Bagus meyatakan. perlu adanya deteksi dini. Bukan hanya mencari kasusnya lalu diobati, tapi juga dimulai dari sebelum seseorang terinfeksi HIV/AIDS.

"Seperti Covid-19 misalnya. Pencegahan primer itu sosialisasi prokes. Tetapi ada lagi pencegahan primer dengan perlindungan spesifik, seperti vaksinasi. Pencegahan sekundernya dengan melakukan Swab atau antigen. Pencegahan tersiernya dengan penanganan ICU dan lain-lain," tandasnya.***

Editor: Indra Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x