Namun tantangannya paling besarnya yaitu mengubah kebiasaan pembayaran sistem tunai ke non tunai.
"Dilihat dulu before after, memang harus ada pendapatan. Memang tantangannya adalah mengalihkan pedagang yang biasanya tunai menjadi nontunai," paparnya.
Baca Juga: Gaduh Bos Arema Dituding Sebut ‘Persib Alay’, Eko Maung: Untuk Bobotoh Jangan Baperan
Baca Juga: Terjadi Tabrakan Beruntun di Tol Jakarta-Cikampek Arah Bandung, Lalu Lintas Dilaporkan Macet
Namun, Herry menuturkan, digitalisasi pasar juga sebagai upaya agar administrasi semakin tertib dan transparan. Sehingga mampu mengoptimalisasi pendapatan.
"Jadi pakai QR dulu, kemudian pembayaran retribusinya digital, sehingga ketahuan berapa pendapatan per harinya. Minimal mengurangi kebocoran dan selisih data," jelasnya.
Sementara Deputi Head of Digital BJB, Anton Pribadi Hadimulyono mengungkapkan, sekitar 6.000an pedagang sudah diakuisi QRIS.
Baca Juga: Soal ‘Persib Alay’, Apa Bos Arema Bisa Dilaporin ke Polisi? Eko Maung Beri Penjelasan
Pihaknya juga memberikan program BINGAH, yakni bagi pembeli mendapatkan hadiah berupa minyak goreng dan bagi pedagang yang bertransaksi bisa mendapat logam mulia. Namun dengan syarat dan ketentuan yang berlaku yakni bertransaski secara digital menggunakan layanan Bank BJB.
"Memang dalam pengelolaannya ada sekitar 17 ribu tapi di sekililingnya masih ada potensi pedagang dan pelaku UMKM sekitar 31 ribuan. Akan kami dorong agar lebih menggeliatkan pereknomian," kata Anton.***