Selain kesulitan mencari sekolah terdekat, warga juga terganjal aturan zonasi. Dari upaya yang bisa dilakukan, siswa lulusan SD sekitar dititipkan ke SMPN 51 meski dibatas hanya dua ruang kelas.
“Lulusan SD Cisaranten Kidul ini beberapa tahun tidak tertampung ke sekolah lanjutan, enggak bisa ke sana ke sini. Pembangunan ruang kelas baru ini merupakan aspirasi warga karena wilayah di sini tergolong blank spot gedung SMP,” tutur Tedy.
Rencananya, SMPN 66 akan menyediakan sekurangnya 7 RKB atau kelas yang mampu menampung sekitar 210 siswa.
Tedy juga menekankan kepada pelaksana pembangunan gedung SMPN ini untuk mempertimbangkan segala dampak yang kemungkinan terjadi di masa mendatang, khususnya terkait banjir.
Baca Juga: Emil Tetapkan SOR Arcamanik Jadi Pusat Vaksinasi Covid-19
Diketahui, di sekitar lokasi sekolah kerap dilanda banjir. Dengan adanya pembangunan sekolah itu, maka rancangan penataan lokasi wajib memperhitungkan pengurangan dampak banjir. Di lokasi SMPN 65, saluran buang ke Sungai Cinambo juga tak mengalir lancar.
“Khusus banjir, ditekankan bisa sekaligus membangun kolam retensi karena di daerah sini punya penyakit banjir. Ini jadi catatan agar pertimbangan aspek pembangunan jangan sampai berdampak negatif. Di lokasi SMPN 65, sumur imbuhan sudah membantu, tinggal ditambah,” ujarnya.
Seharusnya, kata Tedy, pembangunan sekolah ini dilakukan tahun kemarin. Namun, pandemi membuat pembangunan ditunda.
Editor: Indra Kurniawan
Sumber: DPRD kota Bandung