Berkaca Kisah Nyata Bullying di Netflix The Glory, campaign Serukan Stop Perundungan

- 21 Februari 2023, 16:00 WIB
Ilustrasi Bullying.
Ilustrasi Bullying. /Pexels.com / Mikhail Nilov.

PRFMNEWS - Aksi bullying atau perundungan masih menjadi masalah serius di berbagai negara. Di Korea Selatan, kejamnya perundungan bahkan diangkat menjadi series The Glory yang tayang di platform Netflix.

Fakta yang cukup miris adalah aksi bullying dalam The Glory rupanya dibuat berdasarkan kisah nyata yang pernah terjadi pada 2006 silam.

Di Indonesia sendiri, bullying kerap ditemukan di lingkungan sekolah dan rumah. KPAI mencatat, terdapat aduan dari 480 anak yang menjadi korban perundungan di sekolah selama periode 2016-2020.

Baca Juga: Cegah Aksi Bully Kembali Terjadi, Pemkot Bandung Gencarkan Kembali Sosialisasi Pencegahan Kekerasan di Sekolah

Setiap tahunnya, kasus ini semakin meningkat kisaran 30-60 kasus. Hal ini membuat Indonesia menduduki peringkat kelima dalam kasus perundungan.

Jika dikelompokkan berdasarkan bentuk perundungannya, data PISA menunjukkan anak dan remaja di Indonesia mengalami 15 persen intimidasi, 19 persen dikucilkan, 22 persen
dihina, 14 persen diancam, 18 persen didorong sampai dipukul teman dan 20 persen
digosipkan kabar buruk.

Campaign.com Ajak Publik Hentikan Perundungan
Campaign.com Ajak Publik Hentikan Perundungan dok campaing.com

Apa faktor yang memicu perundungan?

Paparan konten kekerasan di media sosial ditenggarai menjadi penyebab perundungan terjadi. Menurut KPAI, konten media sosial yang tidak tersaring membuat anak cenderung meniru aksi kekerasan dan penghakiman sosial seperti yang terjadi di dunia maya tersebut.

Melihat persoalan serius ini, Campaign.com berkolaborasi dengan Yayasan Teruntuk Jejak Kebaikan mengadakan kampanye #AksiSalingJaga di aplikasi Campaign #ForChange.

Senior Public Relations Campaign.com, Gita Hermanda mengungkapkan, kampanye ini merupakan aksi nyata yang diperlukan untuk memutus mata rantai perundungan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Pastikan Pelaku Kasus Bully Siswa Disabilitas di Cirebon Ditangkap Polisi

“Perundungan seolah telah menjadi budaya yang mengakar, peristiwanya terus-menerus terjadi. Mirisnya, perundungan seringkali terjadi di sekolah, tempat yang seharusnya menjadi pelindung paling aman. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya edukasi bagi guru, orang tua, dan masyarakat umum akan akibat perundungan yang menimpa anak-anak. Harapannya, kampanye ini dapat memutus budaya perundungan dan meningkatkan kesadaran bahwa isu ini tidak bisa lagi dianggap remeh,” kata Gita.

Founder of Yayasan Teruntuk Jejak Kebaikan, Ghassani Salsabila, mengungkapkan, dalam Kampanye #AksiSalingJaga, masyarakat tidak hanya diajak melakukan aksi pencegahan perundungan. Setiap aksi kampanye yang diselesaikan akan dikonversi menjadi donasi sebesar Rp25.000 untuk Denai Aksara 2023.

“Denai Aksara adalah project sosial tahunan yang bergerak dalam bidang literasi dan pendidikan dengan rangkaian kegiatan, yaitu donasi buku dan edukasi interaktif lewat buku Cerita Cita yang akan dilaksanakan secara virtual dalam one-day event. Audiens yang akan dilibatkan adalah anak-anak di taman baca, rumah belajar, dan sejenisnya,” kata Ghassani.

Baca Juga: Seluruh Pihak Harus Tekan Kasus Perundungan dan Pencabulan Anak, Seruan Pimpinan DPRD Kota Bandung

Cara berkampanye sangat mudah. Netizen hanya perlu mengunduh aplikasi Campaign #ForChange yang tersedia di App Store atau Google Play Store, lalu cari kampanye #AksiSalingJaga, kemudian lakukan 2 aksi sesuai instruksi. Kampanye #AksiSalingjaga dilakukan dengan cara yang unik dan seru, yakni mengunggah foto bersama keluarga, teman dekat, atau orang yang disayang.

Aksi selanjutnya adalah mengunggah foto bertuliskan kalimat dukungan untuk para penyintas perundungan.***

Editor: Rizky Perdana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x