Ia juga mengingatkan bahwa intervensi serupa juga perlu dilakukan oleh ibu usia muda termasuk pada ibu hamil.
“Yang paling penting adalah mesti intervensi spesifik jangan sampai ibu di usia remaja mengalami anemia. Intervensinya dengan memberikan tablet tambah darah dan memastikan tablet tersebut diminum,” tuturnya.
Upaya lain yang juga penting dilakukan untuk cegah stunting, jelas Budi, adalah dengan memberikan protein hewani melalui MPASI sejak anak usia 6 sampai 24 bulan.
“Makanan tambahan ini saya sampaikan bukan biskuit tapi makan yang mengandung protein hewani bisa ikan, bisa ayam, bisa daging sapi, yang paling gampang adalah telur,” ucapnya.
Ia pun menekankan, kalau anak sudah stunting itu sudah telat. Jadi jangan tunggu sampai stunting.
Baca Juga: DPRD Kota Bandung: Stunting Perlu Diberantas Demi Penerus Bangsa yang Berkualitas
“Caranya adalah jika berat badan anak tidak naik maka harus langsung kirim ke Puskesmas untuk diintervensi dan diberi makanan tambahan selama 14 hari,” tegas Budi.
Lebih lanjut terkait dampak negatif stunting yang berpengaruh setelah penderitanya dewasa, Budi menjelaskan bahwa kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap IQ-nya.
“Stunting merupakan kurang gizi yang mengakibatkan rendahnya IQ anak sebesar 20% di bawah rata-rata,” bebernya.