Beli dari 4 Negara, Seberapa Ampuh Obat Fomepizole untuk Gagal Ginjal Akut? Ini Kata Kemenkes

25 Oktober 2022, 16:56 WIB
Ilustrasi obat Fomepizole. /ANTARA/HO-Dokumentasi pribadi/


PRFMNEWS – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap alasan mengapa memilih obat antidotum (penawar racun), Fomepizole injeksi untuk mengobati anak pasien gagal ginjal akut progresif di Indonesia.

Selain itu, Kemenkes juga menjelaskan seberapa ampuh obat Fomepizole injeksi ini mampu menyembuhkan gejala-gejala pada anak pasien gagal ginjal akut progresif di Indonesia.

Siapa saja atau pasien dengan kategori seperti apa yang akan diprioritaskan diberikan obat Fomepizole injeksi ini secara gratis?

Baca Juga: Kemenkes Rilis Daftar 156 Merek Obat Sirup Aman Diresepkan ke Pasien, Tak Dilarang karena Bebas EG dan DEG

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pemerintah Indonesia saat ini sudah membeli obat Fomepizole untuk mengobati anak pasien gagal ginjal akut progresif dari Singapura sebanyak 20 vial.

Kemudian, lanjut Menkes Budi, pemerintah juga sudah membeli obat Fomepizole injeksi serupa dari Australia sebanyak 16 vial dan sedang menunggu dikirimkan ke Indonesia.

Melihat efektivitas obat Fomepizole dalam meredakan gejala pada anak pasien gagal ginjal akut progresif, ujar Budi, Indonesia kembali akan membeli obat serupa dari Amerika Serikat dan Jepang.

Baca Juga: Menkes Sebut Obat Fomepizole Efektif Sembuhkan Gejala Gagal Ginjal Akut, Diberikan Gratis pada Pasien

“Kita sudah menerima 20 vial dari Singapura, kita menunggu mungkin dari Australia akan masuk 16 lagi. Kita sedang proses untuk beli dari Amerika, mereka punya stok enggak terlampau banyak di sana, kita juga sekarang sedang dalam proses untuk beli dari Jepang, stoknya sekitar 2.000-an,” ucapnya, 24 Oktober 2022.

“Dari 10 pasien yang diberikan obat ini 7 sudah pulih kembali, sehingga kita bisa simpulkan bahwa obat ini memberikan dampak positif dan kita akan percepat kedatangannya di Indonesia,” tambahnya.

Sementara itu, Juru Bicara Kemenkes M. Syahril saat konferensi pers virtual hari ini, Selasa 25 Oktober 2022 menambahkan penjelasan tentang alasan Indonesia memilih obat Fomepizole.

Baca Juga: KABAR BAIK Obat Gagal Ginjal Akut pada Anak Ditemukan, Dapat dari Singapura dan Sudah Diuji Coba

Syahril menuturkan, obat antidotum bentuk injeksi atau diberikan lewat suntikan tersebut adalah yang sudah tersedia dan siap pakai, serta telah direkomendasikan oleh WHO untuk penyembuhan gagal ginjal akut progresif.

“Obat antidotum ini sudah direkomendasikan oleh WHO dengan efektivitas yang tinggi di atas 90 persen, dari data itulah kita memberikan obat itu, di samping obat itu memang ready untuk dipakai,” ucapnya.

Senada dengan Menkes, Syahril juga memastikan uji coba pemberian obat Fomepizole sudah terbukti memperlihatkan kesembuhan pada anak pasien gagal ginjal akut progresif yang dirawat di RSCM Jakarta.

Baca Juga: Obat Herbal Redakan Batuk Pilek Anak, Tidak Pahit dan Aman Dikonsumsi Tanpa Takut Picu Gagal Ginjal Akut

“Efektivitasnya sudah teruji yang memang sangat baik. Dari 11 pasien yang diberikan pengobatan, itu 10-nya memberikan perbaikan klinis yang sangat bermakna,” ujarnya.

Syahril menjelaskan bahwa aturan pemberian suntikan obat Fomepizole yakni total sebanyak lima kali pada setiap pasien.

Namun, efek positif muncul pada sejumlah pasien pada saat baru diberikan sebanyak 3 sampai 4 kali suntikan pada rentang waktu sesuai anjuran dokter rawat, sehingga tidak berlanjut hingga pemberian dosis kelima.

“Aturan pemberian 5 kali suntikan (per pasien), termasuk yang di RSCM tadi sudah dilakukan 3 dan 4 kali, dan sudah memperlihatkan perbaikan, maka kita stop dan tidak diberikan terus-menerus,” terangnya.

Baca Juga: Obat Ganggual Ginjal Akut Disebut Langka, Menkes: Kita Dibantu Singapura dan Australia

Ia menambahkan, nantinya obat antidotum yang sudah tiba di Indonesia akan didistribusikan secara bertahap ke rumah sakit pemerintah untuk diberikan secara gratis kepada pasien gagal ginjal akut.

Adapun pemberian obat tersebut, bebernya, akan diberikan kepada pasien yang menunjukkan gejala gagal ginjal akibat intoksikasi (keracunan) dari obat sirup yang mengandung cemaran EG dan DEG berlebih.

“Diberikan pada pasien-pasien yang sudah mengalami gejala-gejala gangguan ginjal yang diduga memang intoksikasi,” tuturnya.

“Contoh, terjadi pengurangan frekuensi dan volume buang air kecil. Kemudian kalau uji laboratorium, ureum maupun kreatininnya juga meningkat, nah itu sudah diberikan (obat ini), sampai pada pasien dengan keadaan yang sudah berat,” pungkasnya.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler