La Nina Diprediksi Muncul Akhir Tahun di Indonesia, ini Dampaknya untuk Pertanian dan Perikanan

29 Oktober 2021, 09:51 WIB
Penjelasan tentang La Nina dari BMKG untuk masyarakat. /tangkapan layar twitter @InfoHumasBMKG

PRFMNEWS - La Nina diprediksi akan muncul pada akhir tahun 2021 ini. Oleh karenanya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan dampak dari La Nina ini.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan La Nina yang diprediksi muncul akhir tahun ini akan memberikan dampak pada sektor pertanian dan perikanan.

Menurut dia, La Nina akan menyebabkan tingginya curah hujan sehingga harus diwaspadai oleh pihak-pihak yang bekerja di sektor perikanan dan pertania.

Tingginya curah hujan dihawatirkan dalam menimbulkan kerusakan tanaman dan lahan akibat banjir, meningkatnya kelembapan udara, dan munculnya organisme pengganggu tanaman (OPT).

Baca Juga: Facebook Resmi Ganti Nama Menjadi Meta, Siap Wujudkan Dunia Virtual Masa Depan berjuluk Metaverse

"Pasca panen, curah hujan yang tinggi akan mengurangi kualitas hasil panen karena kadar air yang meningkat," ucap Dwikorita, saat webinar Antisipasi Iklim Ekstrim Sebagai Dampak La Nina Melalui Sekolah Lapang, Kamis, 28 Oktober 2021.

Dengan tingginya curah hujan, kondisi perairan pun diprediksi akan kerap dilanda gelombang tinggi.

Oleh karenanya di sektor perikanan, La Nina diprediksi akan menyebabkan para nelayan harus lebih waspada saat melaut.

Baca Juga: Indonesia Tanpa Tunggal Putri di Babak Perempat Final French Open 2021

Kondisi ini mengakibatkan pasokan ikan dapat berkurang.

"Keselamatan nelayan menjadi prioritas utama melalui pemanfaatan informasi cuaca maritim yang terupdate," ujar dia.

Dwikorita menyebut Sekolah Lapang Iklim (SLI) dan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) dapat mengurangi risiko dampak La Nina. Sebab, menurut dia, La Nina juga memiliki dampak positif bagi petani dan pekerja sektor kelautan.

Kata dia, La Nina menyediakan pasokan air yang berpotensi meningkatkan produktivitas pertanian. Sementara itu, bagi pekerja di sektor kelautan, La Nina membuat perluasan area pasang surut wilayah pesisir yang dimanfaatkan oleh nelayan tambak budidaya dan garam.

Baca Juga: Kisah Buzz Lightyear Astronot di Toys Story Diangkat dalam Animasi Terbaru dari Pixar Berjudul Lightyer

Dia menyontohkan SLI yang digelar di Desa Legoksari, Kecamatan Tlogomulyo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah pada Juni 2020 lalu. Panen bawang dengan demontration plot (demplot) SLI menghasilkan produk berkualitas.

"Begitu juga dengan aktivitas kegiatan SLCN yang ternyata memiliki dampak cukup baik terhadap perubahan pola pikir nelayan. Nelayan yang sudah mengaplikasikan update informasi cuaca maritim secara rutin dapat terhindar dari kecelakaan akibat angin kencang dan hujan badai siklon tropis Seroja," kata dia.

Baca Juga: Taman di Kota Bandung Sudah Dibuka Lagi, Waktu Kunjungan Tak Boleh Lebih dari 2 Jam

Untuk itu, Dwikorita mengajak para pemangku kepentingan memberi dukungan pengembangan SLI/SLCN di wilayahnya. Hal ini akan mencerminkan bahwa pendampingan terhadap petani dan nelayan akan menjadi aksi kolektif-kolaboratif berbasis kemitraan yang setara yaitu kemitraan pemerintah-publik-swasta dengan semangat gotong royong.

"Melalui Rakornas SLI/SLCN ini saya menghimbau kepada seluruh UPT BMKG di daerah, lebih proaktif mengawal informasi cuaca dan iklim bersama dengan petani dan nelayan serta aktif menjalin hubungan dengan stakeholder terkait," ucap dia.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler