PRFMNEWS - Kondisi gangguan ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak di DKI Jakarta membuat orang tua khawatir.
Apalagi jumlah pasien gangguan ginjal akut misterius kini bertambah menjadi 152 anak, dari sebelumnya 42 anak.
Meski belum diketahui penyebab penyakit ini, tapi gejala-gejala yang muncul bisa dijadikan acuan untuk mendeteksi dini pada anak.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) menuturkan, pasien anak-anak yang menderita kondisi ini pada awalnya dalam kondisi sehat dan tanpa komorbid (penyakit bawaan).
"Anak-anak kalau alami gangguan ginjal berat itu biasanya bawaan, tapi ini ginjal awalnya normal," kata Piprim saat on air di Radio PRFM Bandung, Sabtu 15 Oktober 2022.
Piprim menjelaskan, gejala awal penyakit ini diawali demam, gangguan pencernaan, diare, dan perubahan frekuensi Buang Air Kecil (BAK) anak.
Baca Juga: Sering Tidak Disadari, Seseorang Terkena Batu Ginjal dengan 5 Gejala Ini Kata dr Ema Superr
Bahkan sebagian besar pasien tidak mengalami BAK sama sekali. Jika sudah pada tahap ini, orang tua diminta segera membawa anak ke dokter.
"Tugas orang tua harus bisa memastikan kondisi anak, mengobservasi kebiasaan BAK seperti apa. Sebagian besar tidak ada kencing sama sekali, segara bawa ke dokter untuk pemeriksaan," tegasnya.
Ia juga mewanti-wanti orang tua jangan memaksakan memberi minum banyak-banyak kepada anak apabila ia sudah tidak mengeluarkan kencing sama sekali.
Hal ini justru akan berbahaya karena kerja ginjal sudah tidak memproduksi urin lagi.
"Jika curiga gangguan ginjal akut, maka saat kencing nggak ada jangan diberi minum banyak-banyak, karena ginjal tidak bisa lagi memproduksi urin
kalau diberi minum banyak justru berbahaya," tuturnya.
Berdasarkan data yang IDAI terima, kasus gangguan ginjal akut misterius ini paling banyak dilaporkan dalam dua bulan terakhir, khususnya pada September.
Sejauh ini baru ada 16 provinsi yang melapor. Namun tidak menampik kemungkinan masih ada daerah lain yang belum atau tidak melapor.
"Data dari kami kumpulkan, sekitar 44 persen itu infeksi saluran cerna seperti diare, 30 persen demam, dan 18 persennya ada infeksi saluran pernapasan akut batuk pilek," ucapnya.
Terakhir, IDAI mengingatkan orang tua bijak menggunakan obat-obatan, karena jika anak hanya sekadar batuk atau pilek biasa itu sebenarnya tidak perlu obat.
Baca Juga: Obat Diabetes Bikin Kerusakan Ginjal dan Harus Cuci Darah Selamanya? Begini Penjelasan Dokter Cahyo
Menurutnya, yang diperlukan anak-anak adalah istirahat yang cukup dan menjaga asupan makanan dengan makanan sehat.
"Batuk pilek biasa itu nggak perlu obat, tapi butuh istirahat yang cukup, jangan terlalu heboh anaknya, dan dijaga makanannya. Makanan junk food itu pro inflamasi sehingga tidak baik untuk imunitas anak-anak," pungkasnya.***