Cerita Lengkap Warga Gumuruh Bandung yang Diusir Tetangganya Karena Tak Diterima Isoman di Rumah

23 Juni 2021, 12:47 WIB
Video yang memperlihatkan sejumlah petugas mendatangi rumah milik Rafasha, pasien isoman yang merasa diusir warga sekitar /Twitter @Serpentine6666

PRFMNEWS - Rafasha, salah seorang warga yang tinggal di Kelurahan Gumuruh, Kecamatan Batununggal, Kota Bandung menceritakan pengalamannya diusir dan dimaki warga sekitar saat sedang isolasi mandiri di rumah.

Sebelumnya ia memposting pengalaman itu lewat akun twitternya @Serpentine6666. Rafasha, ibunya, dan kekasihnya yang diminta isolasi mandiri di rumah oleh rumah sakit malah tidak diterima oleh lingkungannya.

Kemudian, Redaksi PRFM mencoba menghubungi Rafasha untuk menceritakan lebih lengkap dengan On Air di Radio 107,5 PRFM News Channel, ia menyanggupinya.

 

Baca Juga: Tega ! Satu Keluarga di Bandung yang Lagi Isolasi Mandiri Malah Diusir Warga dan Dimaki-maki

1. Awal mengetahui positif Covid-19
Rafasha bercerita ia sehari-hari sangat mematuhi protokol kesehatan dan keluar rumah hanya untuk bekerja. Namun pada tanggal 17 Juni 2021 malam ia merasakan gejala demam, sakit badan, dan magh kambuh.

"Saya udah konsul ke dua dokter yang berbeda selama 4 hari ga ada perbaikan," katanya, Rabu 23 Juni 2021.

Kemudian pada Senin 21 Juni 2021, ia menjalani tes di rumah sakit dan hasilnya positif Covid-19 lewat tes SWAB Antigen.

Selama ia sakit dan tes Covid, Rafasha ditemani kekasihnya. Maka dari itu kekasihnya juga menjalani tes dan hasilnya sama-sama positif Covid.

"Saya ditemenin sama pacar saya selama waktu sakit dan ke rumah sakit untuk tes, nah kemudian setelah positif saya kabarin keluarga di rumah dan keluarga di rumah siap-siap keluar rumah cari tempat baru untuk pisah sama saya," ucapnya.

Baca Juga: Pemkab Bandung Buka Pendaftaran Vaksinasi Masyarakat Umum Lewat Puskesmas

2. Mulai isolasi mandiri
Mengikuti arahan rumah sakit, Rafasha isolasi mandiri di rumah. Di dalam rumahnya ada ibu dan keponakannya. Mereka berdua pun menjalani tes, dan hasilnya hanya ibunya yang positif Covid.

Maka yang menjalani isolasi mandiri di rumah adalah dirinya, ibunya, dan kekasihnya. Namun ia menegaskan, mereka bertiga berada di tiga ruangan berbeda.

"Kemarin pacar saya SWAB dan positif juga, ibu saya SWAB juga hasilnya negatif bareng keponakan saya, kemudian tes lagi besoknya, ibu saya positif, keponakan saya negatif, akhirnya gabung sama saya di rumah, di ruangan berbeda," jelasnya.

Baca Juga: Viral Saung Angklung Udjo Lelang Online Barang-barangnya, dari Rp200 Ribuan hingga Rp13 Juta

3. Ditolak warga
Sejak awal dirinya dinyatakan positif Covid, ia mengaku mendapat teguran dari Ketua RT yang mengatakan bahwa tetangganya tidak menerima ia dan keluarga isolasi mandiri di rumah, dan harus dievakuasi ke tempat lain.

Kemudian sempat ada Satgas Covid-19 yang datang ke rumahnya untuk mengecek kesehatan dan memberi obat.

Ia tidak mengerti kenapa harus pindah tempat isolasi, padahal ia sekeluarga tidak keluar-keluar rumah selama isolasi.

"Entah kenapa Satgas ke sini terus ada RT, lalu saya nggak tau itu orang kelurahan atau lurah, RW atau siapa, tapi pada ngumpul banyak di depan rumah saya," ungkapnya.

Baca Juga: Oded Ungkap Kunci Penting Penanganan Covid-19: Kata Kuncinya untuk Menghadapi ini Adalah Disiplin

4. Dimaki-maki warga
Situasi semakin mencekam, Rafasha mulai ketakutan setelah ada beberapa warga dan diduga pejabat dari kewilayahan yang memaki-maki ibunya.

Bahkan oknum warga itu menunjuk-nunjuk ibunya sambil marah-marah dengan nada mengusir.

"Ada beberapa pejabat yang maki-maki saya dan ibu saya habis-habisan, itu ngebentak, tunjuk-tunjuk ibu saya, saya nggak kuat saya marahin 'Bapak tolong jangan tunjuk-tunjuk ibu saya, jangan bentak-bentak ibu saya'," paparnya.

Padahal Satgas sudah mencoba menenangkan mereka, Satgas pun sudah menyebut bahwa rumahnya cukup untuk isolasi mandiri 3 orang.

Baca Juga: Pengurug Makam di TPU Cikadut yang Pakai Tangan Adalah Pemikul Jenazah yang Berinisiatif Bantu Ahli Waris

"Dia diem tapi kemudian lanjut lagi bentak-bentak. Satgas nenangin bahwa kami baiknya harus isoman di sini karena rumah ini cukup untuk isoman 3 orang, tapi dipotong pejabat itu, dia bilang kami ngotorin wilayah sini orang sakit yang ngotorin wilayah sini, lalu pacar saya bukan orang sini ngapain ada di sini," katanya.

"Terus pacar saya bilang kalau pacar saya balik lagi ke tempat dia nanti yang lain kena," sambungnya.

Akan tetapi oknum pihak kewilayahan itu tetap tidak terima dan meminta Rafasha dan keluarganya pergi mencari tempat isolasi lain.

"Jadi udah benar kan harusnya, kata Satgas juga udah benar isoman di sini, tapi pejabat itu nggak terima, harus keluar dari sini," imbuhnya.

Baca Juga: Cuaca Bandung Belakangan Ini kok Lebih Dingin Ya? Simak Penjelasan BMKG

5. Akan pindah tempat isolasi
Situasi pun akhirnya kembali dingin, sejumlah warga dan petugas kewilayahan bubar setelah ia dan keluarga diminta KTP oleh Satgas.

Ia sebenarnya merasa kasihan kepada Satgas yang terlihat bingung harus berbuat apa.

"Saya sama keluarga dimintain KTP oleh Satgas terus bubar ajah, saya kasihan juga Satgasnya kelihatan bingung," katanya.

Baca Juga: Pemkot Bandung Terus Berupaya Tambah Kasur untuk Pasien Covid-19

Terkait tindak lanjutnya, Rafasha mengakui Satgas dan pihak Puskesmas sedang berkoordinasi dengan pihak kewilayahan yang sesuai KTPnya.

Sebab Rafasha tinggal di rumah itu dengan mengontrak, dengan alamat KTP asli di daerah Margahayu Raya.

Ia menuturkan kemungkinan besar ia akan tetap pindah tempat isolasi.

"Bantuan dari Satgas dan Puskesmas katanya sedang diproses antar wilayah, karena saya bukan KTP sini, dan cariin saya juga untuk pindah tempat isolasi," pungkasnya.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler