PRFMNEWS - Kehadiran warga pengatur jalan atau dikenal masyarakat sebagai 'Pak Ogah' masih menjadi pro dan kontra.
Aksi Pak Ogah di persimpangan jalan masih dipertanyakan apakah membantu atau mengganggu.
Di Kota Bandung juga banyak ditemukan Pak Ogah di beberapa persimpangan jalan, khususnya di titik-titik yang kerap terjadi kepadatan atau tempat berputar arah.
Pakar Transportasi dari ITB, Sony Sulaksono Wibowo memandang Pak Ogah sebagai fenomena sosial yang sudah terjadi sejak lama. Bahkan, pada awal tahun 2.000-an ia pernah melakukan penelitian soal Pak Ogah bersama mahasiswa.
"Saat itu belum sedominan sekarang. Saat itu jadi mata pencaharian, bisa menghidupi keluarga. Tapi sekarang bukan begitu lagi," ujar Sony saat on air di Radio PRFM Bandung, Selasa 4 Juli 2023.
Pak Ogah menurut Sony, sebaiknya dibina oleh pemerintah di level terkecil seperti kelurahan atau kecamatan.
Baca Juga: Polisi Tegur Pengamen yang Amuk Bus Pariwisata di Persimpangan Leuwipanjang Kota Bandung
Kemudian, kepolisian juga harus turun tangan dengan memberikan pembinaan dari sisi teknis pengaturan lalu-lintas.
"Pak ogah harus dibina oleh pemerintah terkecil di sana, diserahkan ke kelurahan atau kecamatan, jadi seperti binmas, dari sisi ilmu, polisi yang harus turun," tuturnya.