Pakar Sebut Aksi Demo Perpanjang Masa Pandemi Covid-19 Sampai Dua Bulan

- 1 November 2020, 20:20 WIB
Demo Omnibus Law di Jalan Sudirman Kota Bogor , Selasa 20 Oktober 2020
Demo Omnibus Law di Jalan Sudirman Kota Bogor , Selasa 20 Oktober 2020 /Chris Dale/Isu Bogor



PRFMNEWS - Pakar bioteknologi mikroba Dr. Intan Taufik menyebut aksi demonstrasi dan kerumunan masyarakat yang timbul di dalamnya dapat memperpanjang masa pandemi Covid-19 sampai dua bulan lebih lama di Indonesia.

Dia mencontohkan dua aksi demonstrasi yang terjadi belakangan yaitu aksi menolak Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja pada 6 Oktober 2020 dan demonstrasi satu tahun pemerintahan Joko Widodo-Ma'ruf Amin pada 20 Oktober 2020.

Intan Taufik mengatakan bahwa dua aksi demonstrasi tersebut selalu diikuti lonjakan kasus positif dan angka kematian akibat Covid-19 di wilayah yang mengalaminya.

“Adanya keramaian yang kemarin disebutkan, kalau dari data yang didapat, menghasilkan lonjakan pasien positif (yang tervalidasi dengan tes) di luar perkiraan normal (rata-rata). Ini memiliki dampak beruntun (domino effect) dan menaikkan kurva. Otomatis ketika kurva naik, maka melandai atau menurunnya kasus/pandemi akan semakin panjang,” ujarnya dikutip dari ANTARA.

Baca Juga: Link Live Streaming dan Head to Head MU vs Arsenal, Tayang Malam Ini Pukul 23.30 WIB

Staf pengajar di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengatakan, menurut perhitungan sebuah aplikasi yang dibangun tim ahli ITB PREMISE, kedua demonstrasi tersebut memiliki hubungan yang kuat terhadap penambahan kasus positif Covid-19, bahkan menaikkan tingkat kematian akibat penyakit saluran pernapasan tersebut.

Dua demonstrasi tersebut, menurut perhitungan PREMISE ternyata telah meningkatkan kasus positif sebesar 6 persen atau ada penambahan 233 kasus per hari.

Padahal rata-rata penambahan kasus harian pada tanggal tersebut adalah 3.878 kasus.

Bukan hanya kasus positif, kasus kematian akibat Covid-19 setelah dua demonstrasi itu juga mengalami peningkatan hingga sebesar 0,11 persen atau naik 3,3 persen dari angka kematian rata-rata di Indonesia yang ada pada angka 3,41 persen.

Baca Juga: Antisisipasi Kepadatan di Arus Balik Libur Panjang, Kendaraan Golongan 3 Dilarang Masuk Tol Cipali

Wilayah yang berkontribusi besar terhadap penambahan itu adalah Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Pada dua tanggal demonstrasi tersebut, kerumunan demonstran meramaikan keempat wilayah itu.

Berdasarkan prediksi PREMISE, jumlah kasus harian Covid-19 selama satu minggu setelah pasca-demo 6 Oktober 2020 hingga 14 Oktober 2020 adalah 3.843 kasus perhari.

Data aktual menunjukkan bahwa jumlah kasus baru pada periode yang sama adalah sebesar 4.207 kasus per hari, lebih tinggi 364 kasus per hari dari angka prediksi.

Demonstrasi RUU Cipta Kerja pada tanggal 6 Oktober 2020 berkontribusi terhadap peningkatan kasus harian sebesar 9,5 persen di Indonesia.

Baca Juga: Anggota DPR: Penyelenggara Haji dan Umrah Keluhkan Pidana UU Cipta Kerja

Khusus DKI Jakarta, dampak peningkatan kasus Covid-19 akibat demo RUU Ciptaker itu terlihat paling tinggi.

Diprediksi rata-rata kasus harian pasca-demonstrasi di DKI Jakarta pada 6 Oktober hingga 14 Oktober 2020 adalah 920 kasus per hari.

Sementara jumlah kasus rata-rata aktual mencapai 1,178 kasus per hari atau naik 28 persen dari angka kasus normal.

Selain demonstrasi RUU Ciptaker, peningkatan kasus juga terjadi akibat demonstrasi satu tahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin pada 20 Oktober 2020.

Baca Juga: Jadi Tersangka, 4 Anggota Moge Pengeroyok TNI di Bukittinggi Terancam 7 Tahun Penjara

Satu minggu setelah aksi demonstrasi tersebut, jumlah kasus meningkat menjadi 4.051 kasus per hari. Ini terjadi di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Utara.

Kegiatan demonstrasi satu hari itu juga berkontribusi terhadap peningkatan kasus sebesar 2,6 persen.***

Editor: Rian Firmansyah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x