2. Puasa Arafah dilakukan bukan berdasarkan tempat wukuf Arafah. Rasulullah sudah melaksanakan puasa Arafah (puasa 9 Dzulhijjah) pada tahun 2 Hijriah, jauh sebelum Rasulullah melakukan wukuf di Arafah pada haji wada tahun 10 Hijriah.
عن أمِّ الفضلِ بنتِ الحارثِ: "أنَّ ناسًا تمارَوا عندها يومَ عَرفةَ في صومِ النبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم؛ فقال بعضُهم: هو صائمٌ، وقال بعضُهم: ليس بصائمٍ. [أخرجه البخاري (1988) واللفظ له، ومسلم (1123)].
Diriwayatkan dari Ummi al-Fadhl binti al-Harits yang bercerita:
"Sekelompok sahabat berselisih dekat Ummi al-Fadhl saat hari Arafah mengenai puasa Nabi. Sebagian mereka berpendapat Nabi berpuasa, dan sebagian lain berpendapat Nabi tidak berpuasa (HR Bukhari dan Muslim).
هذا يُشعِرُ بأنَّ صومَ يومِ عَرفةَ كان معروفًا عندهم، مُعتادًا لهم في الحضَرِ
Ini menunjukkan bahwa puasa Arafah sudah dikenal di kalangan para Sahabat dan mereka terbiasa untuk puasa saat berdomisili/tidak bepergian." (Fath Al-Bari, 4/237).
Niat puasa Arafah
Ketika hendak melakukan puasa Arafah, maka salah satu syarat sah yang harus dilakukan adalah berniat.
Ini sebagaimana disebutkan dalam hadis riwayat Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim berikut.