Gempa Bali Kecil tapi Merusak, Daryono BMKG Ungkap Kaitan Endapan Lahar

- 16 Oktober 2021, 11:26 WIB
Warga mengamati puing-puing bangunan tempat ibadah yang rusak akibat gempa di kawasan Besakih, Karangasem, Bali, Sabtu (16/10/2021). Gempa bumi dengan magnitudo 4,8 SR terjadi di darat pada jarak delapan kilometer barat laut Karangasem dengan kedalaman 10 km pada Sabtu (16/10) pukul 04.18 Wita.
Warga mengamati puing-puing bangunan tempat ibadah yang rusak akibat gempa di kawasan Besakih, Karangasem, Bali, Sabtu (16/10/2021). Gempa bumi dengan magnitudo 4,8 SR terjadi di darat pada jarak delapan kilometer barat laut Karangasem dengan kedalaman 10 km pada Sabtu (16/10) pukul 04.18 Wita. /ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/hp.

Kemudian pada 8 November 2017 terjadi gempa paling kuat yakni 4,9 M. Gempa ini menimbulkan kerusakan ringan.

Baca Juga: Indonesia Rawan Gempa, Simak 8 Cara Melindungi Diri, Salah Satunya Jika Sedang Berada di Pegunungan

Gempa Swarm adalah serangkaian aktivitas gempa dengan magnitudo relatif kecil dengan frekuensi kejadiannya sangat tinggi dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama di wilayah sangat lokal.

"Gempa dekat gunung api dapat mempengaruhi dan memicu aktivitas vukanisme JIKA saat gempa terjadi, gunungnya sedang aktif...magma cair berlimpah dan banyak gas," jelas Daryono.

Daryono pun mengimbau masyarakat Bali untuk tidak menempati sementara bangunan yang sudah rusak retak akibat gempa karena dikhawatirkan roboh ketika ada gempa susulan.

Baca Juga: Dalam Sehari Gempa Bumi Guncang 5 Titik di Indonesia dalam Waktu Hampir Bersamaan, BMKG Ungkap Penyebabnya

"Mohon rumah yg sudah rusak retak rekah tidak ditempati dulu karena kondisinya sudah lemah bisa rubuh jika ada gempa susulan," ungkapnya.

"Waspadai perbukitan dampak gempa bisa labil, mudah longsor baik jika terjadi gempa susulan atau hujan deras," pungkasnya.***

Halaman:

Editor: Rizky Perdana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah