"Yang dibutuhkan itu koordinasi integrasi dan sinkronisasi, ini harus satu frekuensi, termasuk ini kan sangat peka, jangan sampai ada kalimat bahasa yang sensitif, kesannya seperti arogan pejabat publik itu," jelasnya.
Maka dari itu, Deden mengingatkan bahwa komunikasi publik di depan dan belakang panggung mungkin akan ada perbedaan, tapi tetap harus satu suara baik yang tersirat ataupun yang terusrat haru sama.
"Walau nggak ngomong tapi pejabat publik itu bahasa tubuhnya yang tidak bagus di mata rakyat, sehingga dianggap tidak bersimpati," pungkasnya.***