Epidemiolog Sayangkan Merosotnya Testing dan Inkonsistensi Kebijakan Covid-19 di Indonesia

- 2 Maret 2021, 16:10 WIB
Ilustrasi Covid-19.
Ilustrasi Covid-19. /Dok PRFM.


PRFMNEWS - Hari ini tepat satu tahun pandemi Covid-19 bertahan di Indonesia, mengakibatkan lebih dari 1,3 juta warga Indonesia terjangkiti virus Corona per 1 Maret 2021 kemarin.

Menanggapi hal ini, Pakar Kesehatan Masyarakat dan Ahli Epidemiologi Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo menyayangkan upaya pemerintah yang justru malah mengendur. Padahal inti menghadapi pandemi ini hanya testing, tracing, dan membatasi pergerakan masyarakat agar penularan tidak semakin meluas.

Kendurnya langkah pemerintah terlihat dari merosotnya jumlah pengetesan (testing) dan pelacakan (tracing) dalam satu pekan terakhir. Contohnya pada 1 Maret kemarin jumlah testing Indonesia adalah 18.940, padahal target minimum dari WHO adalah sekitar 39 ribu tes.

Baca Juga: Satu Tahun Covid-19 di Indonesia, WHO Ingatkan Corona Berpotensi Jadi Endemik

Baca Juga: RESMI ! Presiden Jokowi Cabut Perpres Izin Investasi Miras

"Kita separo aja nggak sampai dan itu terjelek dalam empat bulan terakhir. Sehingga kalau muncul temuan kasus positif yang menurun, itu bukan karena penularannya menurun, tapi karena testing yang merosot," ujar Windhu saat on air di Radio 107,5 PRFM News Channel, Selasa 2 Maret 2021.

Windhu juga menyoroti beberapa kebijakan pemerintah yang tidak konsisten dan terkadang kendur, sehingga mengakibatkan perilaku masyarakat pun ikut kendur dalam penerapan protokol kesehatan.

Begitu pula soal leading sector hingga saat ini bukan dari kesehatan, melainkan sektor lain, padahal pandemi Covid-19 murni adalah masalah kesehatan masyarakat. Maka menutunya, pemerintah harus berani merestrukturisasi organisasi penanganan pandemi dan menjadikan Kementerian Kesehatan sebagai sektor paling depan, bukan sebagai pendamping seperti sekarang.

Baca Juga: Satu Tahun Corona Menyebar di Indonesia, Presiden Jokowi: Pemerintah Terus Berupaya

"Ini menjadi peringatan kita, kita harus berubah, fokus kita betul-betul menangani pandemi dengan memutus rantai yaitu testing tracing masif, pengendalian perilaku masyarakat dalam protokol kesehatan dengan edukasi, keteladanan pemimpin dan tokoh masyarakat, lalu law enforcement, jadi siapa yang melanggar tidak peduli itu siapa harus dikasih sanksi yang jera," tegasnya.

Meski vaksinasi sudah dimulai, tapi ia menyebut hal itu hanya lah sebagai pendamping. Sebab vaksinasi Covid-19 memerlukan waktu panjang dan untuk mencapai herd immunity diperkirakan perlu waktu 3,5 tahun.

Baca Juga: Kasus Aktif Covid-19 di Coblong Tinggi, Camat Akui Belum Berhasil Turunkan Angka Kasus

Padahal suatu negara bisa sukses melawan Covid-19 tanpa vaksin, contohnya adalah Singapura dan Selandia Baru yang disebut terkendali dari Covid-19 tanpa vaksin berkat penerapan protokol kesehatan ketat dan dibarengi testing serta tracing masif.

"Negara lain seperti Singapura, New Zealand, sudah terkendali tanpa ada vaksin, dengan dua tadi, protokol kesehatan 100 persen dipatuhi dan testing tracing masif untuk cari orang yang harus diisolasi," tandasnya.***

Editor: Rizky Perdana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah