BMKG : Frekuensi Gempabumi di Indonesia Melonjak, Tahun 2018 Mencapai 11.920 Kali

7 Oktober 2020, 11:32 WIB
ILUSTRASI gempa bumi /PRFM/.*/PRFM

PRFMNEWS - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati menyebut, pentingnya penguatan sistem mitigasi gempabumi dan tsunami, mengingat terjadinya lonjakan frekuensi gempabumi dalam beberapa tahun terakhir.

Berdasarkan data BMKG, kejadian gempabumi sebelum tahun 2017 rata-rata hanya 4.000-6.000 kali dalam setahun, lalu yang dirasakan atau kekuatannya lebih dari 5 sekitar 200-an. Namun setelah tahun 2017 jumlah kejadian itu meningkat menjadi lebih dari 7.000 kali dalam setahun.

"Bahkan tahun 2018 tercatat sebanyak 11.920 kali kejadian gempa. Ini namanya bukan peningkatan, tapi sebuah lonjakan," ujar Dwikorita dalam kegiatan IOWave20 seperti dikutip dari laman resmi BMKG, Rabu 7 Oktober 2020.

Baca Juga: Tak Hanya di Pulau Jawa, Potensi Tsunami pun Bisa Terjadi di Sejumlah Wilayah di Indonesia

Sebagian besar tsunami yang terjadi di dunia dipicu oleh gempabumi. Oleh karena itu, ia menilai perlu penguatan sistem mitigasi gempabumi dan tsunami mengingat hingga saat ini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan terjadinya gempabumi.

"Jadi intinya kita harus selalu waspada dan siap apabila sewaktu-waktu terjadi gempabumi dan tsunami. Inilah yang membuat kita harus selalu berlatih agar kita terampil/ cekatan, tidak canggung, tidak panik, dan tahu apa yang harus dilakukan seandainya terjadi gempabumi dan tsunami," jelasnya.

Sementara untuk keberhasilan sistem dalam mencegah korban jiwa, kesiapan seluruh pihak baik di Pusat serta Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat dalam merespon peringatan dini untuk penyelamatan diri di daerah rawan perlu selalu ditingkatkan.

"Melalui edukasi atau pelatihan ataupun gladi evakuasi, juga penyiapan peta, jalur dan tempat evakuasi yang memadai," ucapnya.

Baca Juga: Tak Perlu Resah, Pantai Santolo Garut Sudah Dilengkapi Sistem Peringatan Dini Tsunami

Dwikorita memaparkan, Sistem Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami telah dibangun di Indonesia sejak tahun 2008, dengan memasang ratusan jaringan sensor gempabumi yang diperkuat dengan Internet of Things (IoT), Super Computer dan Artificial Intelliget (AI), dan dilengkapi dengan Pemodelan Matematis untuk memantau kejadian gempabumi dan memprediksi Potensi Kejadian Tsunami sebagai akibat dari gempabumi tersebut.

"Sistem Peringatan Dini ini dirancang terutama untuk mengantisipasi kejadian gempabumi Megathrust dengan skenario waktu kedatangan tsunami dalam waktu 20 menit," pungkasnya.

IOWave20 merupakan latihan mitigasi dan evakuasi dalam meresponse sistem peringatan dini tsunami yang diselenggarakan dua tahunan oleh Inter-governmental Coordination Group/ Indian Ocean Tsunami Warning Mitigation System (ICG/IOTWMS)-UNESCO. Tahun ini, IOWave20 dilaksanakan secara serentak di berbagai negara di tepi Samudera Hindia pada tanggal 6 Oktober 2020, pukul 10.00-12.15 WIB dengan skenario kejadian gempabumi di Selatan Jawa, dengan magnitudo 9.1.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Sumber: BMKG.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler