Pendiri NII Crisis Center Soal Al Zaytun: Ini Permainan Politik, Keagamaan Sudah Selesai

21 Juni 2023, 19:00 WIB
Pendiri Negara Islam Indonesia Crisis Center Ken Setiawan. /NII Crisis Center/

 

PRFMNEWS - Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan memberikan pandangannya terkait polemik Pondok Pesantren (Ponspes) Al Zaytun Indramayu.

Ia menegaskan, persoalan Ponpes Al Zaytun saat ini bukan masalah keagamaan lagi, melainkan permainan politik yang didalangi Panji Gumilang.

"Banyak tokoh besar di belakangnya. Ini permainan politik yang jelas, kalau keagamaan sudah selesai. Ini masalahnya politik," kata Ken saat on air di Radio PRFM, Selasa 20 Mei 2023.

Baca Juga: Ma'ruf Amin: Pemerintah akan Ambil Langkah Terkait Polemik Ponpes Al Zaytun

Ken menilai, pemerintah dalam hal ini Menkopolhukam harus turun tangan membereskan masalah Al Zaytun. Sebab, jika terus dibiarkan maka sudah saatnya masyarakat marah kepada pemerintah.

"Saat ini Menkoplhukam harus turun tangan, karena membawahi masalah keamanan, kalau dibiarkan saya rasa masyarakat saatnya kita marah kepada pemerintah," ungkapnya.

Pun, apabila masyarakat sudah bergerak maka menurutnya, tokoh-tokoh politik yang melindungi Al Zaytun akan meyingkir satu per satu dan Panji Gumilang harus diproses hukum.

Baca Juga: TEGAS, Ridwan Kamil Minta Ponpes Al Zaytun Jujur: Jika Tidak, Ada Konsekuensi Hukum

"Saya rasa ketika masyarakat bergerak tidak ada tokoh yang kebal hukum, yang melindungi Al Zaytun akan menyingkir satu per satu dan Al Zaytun harus diproses hukum, panji gumilang harus diproses hukum," ucap Ken.

"Kita dorong masyarkat mari viralkan, mari bersuara agar jangan sampai tragedi kemanusiaan ini berlanjut," sambungnya.

Panji Gumilang, kata dia, mengadopsi tiga ajaran di Ponpes Al Zaytun, yaitu NII-nya Kartosuwiryo yang dipadu ajaran Isa Bugis dan Lembaga Kerasulan.

Baca Juga: Pimpinan Pondok Pesantren Al Zaytun Dikabarkan Meragukan Kebenaran Al Quran, Wagub Jabar Angkat Bicara

Tak hanya itu, para siswa nya pun dididik sebagai negarawan dan calon-calon pemimpin negara. Sehingga pakaian shalatnya pun dilarang pakai sarung, tapi harus necis seperti memakai celana, jas, dan dasi.

"Ideologinya kan sejatinya anti pemerintah, anti Pancasila, tapi mereka mencoba untuk membuat mahzab baru yaitu mahzab Bung Karno, ini kan aneh," jelas Ken yang juga alumni Al Zaytun.

Seperti sudah diketahui banyak orang, kata Ken, dalam dunia politik siapapun yang punya massa besar pasti akan diperhitungkan oleh kelompok politik.

"Ini jahat sekali, dalam politik itu tidak mengenal korban, yang penting misi tercapai, yang terjadi adalah jualan agama, menggunakan istilah agama sehingga jadi bagus," tegasnya.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler