Usai Kasih Kerjaan, Dedi Mulyadi Kritik Sabil Mantan Guru SMK Cirebon Komen ‘Maneh’ di IG Ridwan Kamil

20 Maret 2023, 20:30 WIB
Muhammad Sabil Fadhilah bertemu dengan Dedi Mulyadi. /Dok. Dedi Mulyadi

PRFMNEWS – Mantan guru di SMK Telkom Sekar Kemuning, Kota Cirebon, M. Sabil Fadhillah (34) yang berkomentar ‘maneh’ di Instagram (IG) Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendapat kritik dari Anggota DPR RI Dedi Mulyadi.

Dedi Mulyadi menyampaikan kritik kepada Sabil yang dipecat sebagai guru honorer usai komentar ‘maneh’ di IG Ridwan Kamil ini saat menemui yang bersangkutan di Cirebon.

Sebelum mengkritik, Dedi Mulyadi memberikan pekerjaan baru kepada Sabil yang menganggur karena dipecat sebagai guru di SMK Cirebon tersebut usai kejadian berkomentar ‘maneh’ di IG Ridwan Kamil.

Baca Juga: Guru SMK Cirebon yang Dipecat Usai Komen di IG Ridwan Kamil Dikasih Kerjaan Baru dari Dedi Mulyadi

Pertemuan Sabil dan Dedi Mulyadi di Cirebon terekam dalam video yang diunggah ke kanal YouTube KANG DEDI MULYADI CHANNEL pada Sabtu, 18 Maret 2023.

Usai berbincang tentang komentar ‘maneh’ di IG Ridwan Kamil dan menyatakan sedang cari pekerjaan usai menolak peluang kembali mengajar di SMK tersebut, Sabil ditawari pekerjaan baru dari Dedi Mulyadi.

Sabil sepakat menerima tawaran pekerjaan dari Dedi Mulyadi yakni menjadi fotografer di tim media mantan Bupati Purwakarta itu.

Baca Juga: Disdik Jabar: Tak Ada Blacklist pada Sabil Guru SMK Cirebon, Dipecat Bukan Karena Kritik Ridwan Kamil

“Sekarang mah job seeker, masih cari kerja. Barang kali mau dijadikan fotografer atau kameramen akang (Kang Dedi) boleh, itu juga kalau ditawarin,”ucap Sabil.

“Serius nih? Kita juga lagi kurang fotografer Bener gak nih? Kalau bener salaman,” timpal Kang Dedi.

“Deal,” ucap keduanya saat berjabat tangan.

Di akhir obrolan, Kang Dedi berharap semua orang bisa menghadapi segala sesuatu secara rileks dan tak perlu tegang.

Baca Juga: Bupati Bandung Sebut Ridwan Kamil Setujui Pembangunan 2 Infrastruktur Pengurai Macet di 2023

Ia pun mengkritik Sabil sebagai seorang insan pengajar harus peka saat melontarkan kritik jangan sampai menimbulkan multitafsir.

“Saya juga mengkritik dia, dia lupa bahwa dia adalah seorang guru yang ketika masuk media sosial bahasa kita bisa melahirkan multitafsir. Karena kulturnya bukan hanya kultur Pantura di media sosial, tetapi ada kultur Priangan yang dianggap misalnya ada pimpinan kalimat maneh bisa jadi kalimat yang tidak sopan. Mengkritik boleh tapi pilih diksi yang kira-kira tidak menimbulkan kontroversi dan ketersinggungan,” ucap Kang Dedi.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler