Usai Tolak Kesempatan Jadi Guru Lagi di SMK Cirebon, Sabil Terima Tawaran Kerja Bareng Dedi Mulyadi

20 Maret 2023, 17:30 WIB
Muhammad Sabil Fadhilah bertemu dengan Dedi Mulyadi. /Dok. Dedi Mulyadi

PRFMNEWS – Mantan guru honorer di SMK Telkom Sekar Kemuning, Kota Cirebon yang berkomentar ‘maneh’ di Instagram (IG) Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil belum lama ini bertemu Anggota DPR RI Dedi Mulyadi.

Kepada Dedi Mulyadi, M. Sabil Fadhillah (34) mengaku kini menjadi seorang pencari kerja pasca dipecat sebagai guru honorer oleh yayasan yang menaungi SMK Telkom Sekar Kemuning Cirebon usai kasus komentar ‘maneh’ di IG Ridwan Kamil.

“Sekarang mah job seeker, masih cari kerja,” kata Sabil saat bertemu dengan Dedi Mulyadi.

Baca Juga: Guru SMK Cirebon yang Dipecat Usai Komen di IG Ridwan Kamil Dikasih Kerjaan Baru dari Dedi Mulyadi

Sabil melanjutkan, dia sebenarnya ditawari oleh pihak SMK Telkom Sekar Kemuning Cirebon untuk kembali menjadi guru, namun menolak.

Sabil memilih untuk berhenti sebagai guru di SMK tersebut karena sudah merasa tidak enak hati dengan apa yang telah diperbuatnya hingga berdampak pula pada nama baik sekolah.

Hingga akhirnya mantan tenaga pengajar tidak tetap di SMK Cirebon tersebut menawarkan diri untuk menjadi tim media Dedi Mulyadi.

Baca Juga: Bupati Bandung Sebut Ridwan Kamil Setujui Pembangunan 2 Infrastruktur Pengurai Macet di 2023

Sabil ditawari jadi fotografer Dedi Mulyadi

“Barang kali mau dijadikan fotografer atau kameramen akang (Kang Dedi) boleh, itu juga kalau ditawarin,” ucap Sabil.

“Serius nih? Kita juga lagi kurang fotografer. Bener gak nih? Kalau bener salaman,” timpal Kang Dedi.

“Deal,” ucap keduanya saat berjabat tangan.

Baca Juga: Sekitar 8 Ribu Jemaah Haji Asal Jabar Akan Berangkat ke Tanah Suci Melalui BIJB Kertajati

Di akhir obrolan, Kang Dedi pun mengkritik Sabil bahwa sebagai seorang insan pengajar harus peka ketika akan melontarkan kalimat kritik, jangan sampai menimbulkan multitafsir.

“Dan saya mengkritik Kang Sabil, dia lupa bahwa dia seorang guru yang ketika masuk ke media sosial akan menimbulkan multitafsir, karena kulturnya bukan hanya pantura di media sosial,” ungkapnya.

“Kita juga harus menghormati kultur, mengkritik boleh tapi pilih diksi bahasa yang tidak menimbulkan kontroversi dan ketersinggungan,” sambungnya.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler