Konflik Rusia dan Ukraina Bisa Menyebabkan Harga Pangan Global Naik Drastis

12 Maret 2022, 15:45 WIB
Menlu Retno Marsudi menjelaskan dampak konflik Rusia-Ukraina adalah naiknya harga gandum, dan alhasil harga mie instan naik. /Pexels/Katie Godowski dan Instagram.com/@indomie/

PRFMNEWS - Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengungkapkan bahwa harga pangan dan pakan secara global, kemungkinan naik antara 8 persen hingga 10 persen akibat konflik Ukraina pada saat ini.

Kenaikan harga pangan karena konflik Rusia dan Ukraina ini bisa menyebabkan gejolak kekurangan gizi global.

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) menyatakan bahwa masih tidak jelas apakah ukraina dapat memanen tanaman di wilahnya selama konflik dengan Rusia masih berlanjut.

Baca Juga: Tiara Andini dan Alshad Ahmad Go Public, Tarra Budiman Berikan Pesan Begini

Ditambah lagi, ekspor makanan dari Rusia juga masih tidak belum dipastikan.

FAO juga mengatakan bahwa Rusia merupakan negara dengan ekspor gandumg terbesar di dunia. Dan Ukraina berada di posisi kelima dalam ekspor gandum.

Mereka secara bersama-sama menyediakan 19 persen pasokan jelai dunia, 14 persen gandum, dan 4 persen jagung, hal tersebut lebih dari sepertiha ekspor sereal secara global.

Seperti diketahui, Rusia juga adalah penekspor pupuk terbesar di dunia.

“Kemungkinan gangguan terhadap kegiatan pertanian dari dua eksportir utama komoditas pokok ini dapat secara serius dapat meningkatkan kerawanan pangan secara global,” ujar Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu, seperti yang dikutip prfmnews.id dari laman CNA.

Baca Juga: DPRD dan Pemkot Bahas Pembangunan JPO Baru di Kota Bandung

Indeks harga pangan mencapai pada rekor tertinggi pada bulan Februari, dan berkemungkinan akan terus naik pada bulan-bulan mendatang, karena sebagai konsekuensi dari konflik Ukraina.

Menurut FAO, diantara 20 persen dan 30 persen, ladang yang digunakan untuk menanam sereal musim dingin, seperti jagung dan bunga matahari di Ukraina tidak akan panen selama panen musim 2022 atau 2023.

Selain itu ada sanksi internasional yang bisa menggangu ekspor dari Rusia.

FAO menambahkan bahwa, 50 negara, termasuk negara yang kurang berkembang, mereka bergantung pada Rusia dan Ukraina 30 persen atau lebih pasokan gandum mereka, membuat mereka sangat rentan.

Baca Juga: Kronologis Barbie Kumalasari Dijambret hingga Luka di Leher, Kalung Rp400 Juta Raib

Kenaikan paling menonjol akan terlihat di Kawasan Asia- Pasifik dan Afrika sub- Sahara.

“Jumlah global orang yang kekurangan gizi dapat meningkat antara 8 hingga 13 juta orang pada tahun 2022 atau 2023,” ujar FAO.***

Editor: Indra Kurniawan

Sumber: CNA

Tags

Terkini

Terpopuler