BANDUNG, (PRFM) - Di tengah banjir informasi terkait virus corona (Covid-19), kepanikan kolektif sangat rawan terjadi dan merugikan orang lain.
Menurut Dekan Fikom Unpad Dadang Rahmat Hidayat, kerawanan ini semakin kuat dengan lemahnya literasi media sosial di dalam masyarakat Indonesia.
Akibatnya hoaks masih merajalela di tengah masyarakat.
“Ada misalnya agar stay at home berjalan baik, muncul broadcast video menayangkan aparat hukum yang memukul warga yang beraktifitas di luar rumah. Padahal kejadian di dalam video tersebut merupakan peristiwa lama dan bukan terjadi di Indonesia. Artinya belum seluruh masyarakat Indonesia belum mampu melihat suatu hal secara kontekstual,” tuturnya saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Minggu (5/4/2020).
Baca Juga: 12 Juta Pekerja Industri Peternakan Ayam Terancam PHK Massal
Untuk itu, Dadang menyarankan agar masyarakat mulai untuk menerapkan pengaturan waktu untuk serta mulai membatasi durasi akses informasi.
“Atur waktu untuk mengakses informasi. Atur misalnya untuk menerima informasi dari smartphone hanya 1 jam saja dalam satu hari. Karena ini agar kita tidak berlebihan dalam menerima informasi,” sambungnya.
Dengan demikian, masyarakat punya waktu lebih untuk melakukan penyaringan sebelum membagikan kepada orang lain.
Baca Juga: Update Harga Kepokmas di Kabupaten Bandung
Semakin banyak anggota masyarakat yang melakukan pengaturan waktu untuk mengakses informasi, semakin berkurang juga risiko terjadinya kepanikan kolektif.
“Jika kita membagikan informasi yang membuat kita panik, maka orang lain juga bisa ikut panik. Ini sangat rawan, karena kepanikan kolektif bisa menjadi tindakan yang merugikan orang lain,” ujar Dadang.