Cegah Radikalisme dan Terorisme, FKPT Jabar Gelar 'Kenduri Warga'

- 28 September 2023, 14:33 WIB
FKPT dan BPNT menggelar diskusi dan silaturahmi bertajuk Kenduri Warga bersama wagra Cilengkrang Kabupaten Bandung.
FKPT dan BPNT menggelar diskusi dan silaturahmi bertajuk Kenduri Warga bersama wagra Cilengkrang Kabupaten Bandung. /Tommy Riyadi/ PRFM

PRFMNEWS - Memasuki tahun politik, Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) bersama Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Kecamatan Cilengkrang kabupaten Bandung, menggelar diskusi dan silaturahmi bertajuk Kenduri Warga.

Kegiatan ini sendiri dimaksudkan, untuk memberikan pemahaman sekaligus berdiskusi tentang potensi dan pencegahan tindakan terorisme dan radikalisme menjelang Pemilu 2024.

Kasubdit Pemberdayaan Masyarakat, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, Rachmad Suhendro menjelaskan, kegiatan ini lebih bersifat silaturahmi dan advokasi dengan warga tentang pencegahan tindakan radikalisme dan terorisme, di era digitalisasi.

Baca Juga: Minta Uang ke Korban Begal, Polisi di Bandung Dapat Sanksi dari Polrestabes Bandung

"Banyak kasus keterlibatan warga dalam gerakan terorisme yang bermula dari Medsos, dan pada akhirnya merugikan diri sendiri. Itu diakui beberapa tersangka yang sempat kita tangani, dan mereka sadar tindakannya salah," jelas Rachmad disela membuka acara diskusi, di Aula Kantor Kecamatan Cilengkrang, Jalan Pasir Jati Timur, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Kamis 28 September 2023.

Rachmad menambahkan, deteksi dini dan peran serta warga dalam mengenali lingkungan sekitarnya menjadi sangat krusial dalam upaya pencegahan tindakan terorisme dan radikalisme.

Selain itu, ruang komunikasi dan koordinasi dengan aparatur kewilayahan pun menjadi kunci deteksi dini potensi tindakan terorisme dan radikalisme.

"Jika semua elemen masyarakat memahami dengan baik lingkungan, peluang tersebut (terorisme dan radikalisme) mampu di minimalisir," katanya.

Baca Juga: Polresta Bandung Peringati Hari Maulid Nabi SAW dengan Gelar Acara Doa dan Pengajian

Camat Cilengkrang, Akhmad Rifa'i menjelaskan, wilayah geografis kecamatan Cilengkrang yang berbatasan dengan kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat, diakuinya sangat potensial untuk tumbuh dan berkembangnya kegiata radikalisme dan terorisme. Terlebih lagi, sejumlah wilayah di kecamatan Cilengkrang relatif sepi dan sulit dijangkau.

"Di Cilengkrang ini juga banyak lokasi terpencil yang tersembunyi tetapi bisa dilakukan kegiatan. Kita juga sulit membedakan aktivitas warga kabupaten dan kota Bandung. Karena batas wilayah nya dengan kota Bandung yang unik," kata Akhmad.

Dengan kata lain, peran serta RT, RW, tokoh masyarakat dan organisasi kepemudaan sangat penting terlebih lagi saat ini mulai memasuki tahun politik, dengan potensi konflik yang terbuka.

"Forum ini adalah forum diskusi bagaimana informasi yang didapatkan dilingkungannya. Tahun politik ini juga diharapkan para pemuda pak rt dan pak rw tetap kerjasama, karena ada sinyalmen dari kesbangpol tentang gambaran pemilu," ungkapnya.

Baca Juga: Di Bandung Bakal Ada Lomba Fashion Show Kucing, Catat Waktunya!

Praktisi dan Akademis Dyah Kusumawati menjelaskan, tindakan terorisme dan radikalisme yang terjadi, umumnya bermula dari sikap intoleransi. Saat ini, media sosial menjadi alat yang sangat efektif untuk menyebar sikap sikap intoleransi tersebut.

"Media sosial itu seperti dua sisi mata uang yang bisa digunakan untuk berbagai kepentingan. Untuk itu harus bijak menggunakan Media sosialnya. Tidak sedikit kasus terorisme, tindakan kekerasan dan situasi situasi dimanfaatkan untuk menyebar hoax," jelasnya.

Diah menambahkan, Forum seperti ini memang harus dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi. Saluran komunikasi yang dibuka ditengah masyarakat diyakininya menjadi salah satu formula, untuk curah pendapat dan penyamaan persepsi terkait radikalisme dan terorisme.

"Terorisme itu tidak berkaitan langsung dengan agama, tetapi gerakan terorisme hampir selalu dimulai dari intoleransi. Di Indonesia stigma terorisme adalah Islam karena mayoritas penduduk nya muslim, maka itu yang dimanfaatkan. Sementara gerakan terorisme di Selandia Baru, India, dan negara non muslim, adalah dominasi kelompok. Diluar kelompok mereka itu adalah musuh," katanya.

Ketua Divisi Media Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT), Januar P. Ruswita menambahkan, advokasi dan edukasi kepada masyarakat sangat penting di era Media sosial saat ini. Menurutnya, konten dalam Media sosial yang jauh dari fakta, kerap kali menjadi besar karena keterlibatan masyarakat sendiri.

"Seringkali kita temukan, konten di medsos itu sebarannya begitu cepat sehingga kesan yang tertangkap adalah fakta. Padahal, konten itu tidak melalui verifikasi dan langsung di unggah dan disebarkan. Hal ini lah yang kerap kali memunculkan kegaduhan," katanya.***

Editor: Indra Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah