Kelurahan Sukamiskin dan Cihaurgeulis Jadi Percontohan Waste to Food

- 7 Agustus 2020, 17:27 WIB
Wali Kota Bandung, Oded M Danial menerima silaturahmi Ketua RW dan tokoh masyarakat se-Kelurahan Sukamiskin terkait keberhasilan dan keberlanjutan Program Kang Pisman dan Waste to Food di Pendopo, Jalan Dalem Kaum No. 56 Kota Bandung, Kamis (6/8/2020). Kelurahan Sukamiskin merupakan percontohan sebagai salah satu wilayah pengelolaan sampah yakni waste food. Sebanyak 17 RW menyampaikan pengalaman dalam pengelolaan sampah di setiap wilayahnya.**
Wali Kota Bandung, Oded M Danial menerima silaturahmi Ketua RW dan tokoh masyarakat se-Kelurahan Sukamiskin terkait keberhasilan dan keberlanjutan Program Kang Pisman dan Waste to Food di Pendopo, Jalan Dalem Kaum No. 56 Kota Bandung, Kamis (6/8/2020). Kelurahan Sukamiskin merupakan percontohan sebagai salah satu wilayah pengelolaan sampah yakni waste food. Sebanyak 17 RW menyampaikan pengalaman dalam pengelolaan sampah di setiap wilayahnya.** /Dok Humas Pemkot Bandung.

Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung, Kamalia Purbani mengungkapkan, dua kelurahan yang terpilih menjadikan model untuk pengimplementasian Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan, dan Manfaatkan sampah).

“Kami jadikan model impelementasi Kang Pisman. Kita harap ini ditingkatkan lagi menjadi lebih terpadu. Kita uji coba untuk waste to food,” ujarnya.

Untuk itu perlu sosialisasi, alat untuk mengelola sampah, sistem yang terpadu dan partisipasi warga yang wajib untuk memahami pengelolaan sampah itu.

“Kita dorong warga untuk fokus kepada kurangi sampah. Kami berikan pelatihan pemanfaatan sampah,”katanya.

Ketua RW 01 Kelurahan Sukamiskin, Wawan Setiawan memberikan sedikit pengalamannya. Warga di wilayahnya sudah mengelola sampah mulai dari sumbernya. Hal iu melalui proses edukasi yang cukup panjang.

“Setelah ada pendampingan (dari dinas terkait), per hari kita pilah sampah. Skala RW ini 40 persen, masyarakat diberikan fasilitas seperti ember dan sebagainya untuk mengelola sampah. Kita sortir lagi setiap hari, sehingga ketika jam 10 itu sudah tuntas,” jelasnya.

Dalam prosesnya, lanjut Wawan, di RW 01 itu diolah sehingga menghasilkan makanan untuk magot, menghasilkan kompos sehingga bernilai ekonomi. “Kita olah untuk pakan magot. Keduanya pakai kompos, jadi ada nilai ekonominya, bisa dijual hasil itu,” tuturnya.

Baca Juga: Mengaku Belum Pernah Kenal Hadi Pranoto Sebelumnya, Begini Awal Mula Anji dan Hadi Pranoto Bertemu

Wawan mengungkapkan, jumlah sampah di wilayahnya mencapai 80-140 kilogram per hari. Kemudian dipilah untuk dijadikan kompos.

Ketika belum mengolah sampah, setiap harinya petugas kebersihan mengangkut 3 kali sampah. Namun setelah sampah dikelola, hanya satu kali angkut.

“Dulu 3 kali angkut, sekarang sekali angkut. Kita manfaatkan mesin inovasi yang dibuat warga. Seperti mesin cacah daun buatan sendiri dari bekas mesin 'jetpump' yang dimodifikasi,” katanya.***

Halaman:

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x