BMKG Ungkap Penyebab Cuaca di Bandung Terasa Lebih Panas Menyengat di Siang Tapi Potensi Hujan di Sore

26 April 2023, 09:55 WIB
Ilustrasi cuaca /PRFM


PRFMNEWS – BMKG menyatakan faktor penyebab kenapa suhu di wilayah Bandung dan sekitarnya terasa lebih panas terik dari biasanya terjadi bukan karena adanya gelombang panas.

Meski terasa lebih panas menyengat ke kulit, BMKG menyatakan suhu di Kota Bandung beberapa hari terakhir maksimum masih berada di kisaran 29 sampai 30,4 derajat Celcius.

Staf Data dan Informasi BMKG Bandung, Yuni Yulianti mengatakan suhu maksimum di kawasan Lembang, Kabupaten Bandung Barat pada beberapa hari terakhir tercatat di 25–26,2 derajat Celcius.

Baca Juga: Hati-hati Fenomena Sinar UV Ekstrem Terjadi Hari Ini, BMKG: Gunakan Tabir Surya

“Masih dalam kategori normal, sejauh ini tidak terlalu signifikan," ujar Yuni, Selasa 25 April 2023.

Lalu jika bukan karena fenomena gelombang panas seperti yang saat ini tengah melanda sejumlah kawasan Asia, apa faktor penyebab suhu di Bandung lebih menyengat?

Yuni menyampaikan ada beberapa faktor yang membuat suhu Kota Bandung terasa lebih panas menyengat namun masih berpotensi turun hujan.

Baca Juga: Kemenkes Taiwan Ungkap Mie Instan dari Indonesia dan Malaysia dapat Memicu Kanker

Faktor itu antara lain, Indonesia saat ini akan masuk musim kemarau, tutupan awan berkurang sehingga intensitas radiasi matahari lebih maksimum dan dinamika atmosfer yang tidak biasa.

"Terkait musim ini masih dalam periode masa transisi di Bandung, jadi peralihan musim hujan ke kemarau. Lalu, tutupan awan berkurang sehingga aktivitas gelombang matahari optimal 24-31⁰C. Saat ini rata-rata suhu di Kota Bandung 30,6 derajat. Masih ambang normal meski sudah masuk di indikator maksimal," paparnya.

Maka dari itu, saat pagi hari suhu udara terasa lebih hangat. Lalu di siang hari suhu panas terik maksimum. Namun, pada sore intensitas curah hujan masih ada.

Baca Juga: KAI Buka Penjualan Tiket Tarif Rendah untuk Kereta Api Arus Balik Lebaran 2023

"Prediksinya, awal Mei kita sudah masuk musim kemarau. Untuk tahun ini, prediksinya kemarau normal, berbeda dengan tahun lalu hampir tidak ada kemarau ya atau istilahnya kemarau basah," ungkapnya.

Ia menambahkan, pada April II 2023 – Mei I 2023 umumnya diprediksi curah hujan berada di kriteria rendah hingga menengah (20 – 150 mm/dasarian).

Oleh karenanya, menurut Yuni, masyarakat tidak perlu panik mengenai isu gelombang panas yang saat ini tengah melanda sejumlah kawasan Asia.

Baca Juga: Ternyata Begini Kronologis Oknum TNI AU Tendang Motor Ibu-Anak di Bekasi

Ia pun mengimbau agar masyarakat menggunakan tabir surya terutama saat berkegiatan di luar ruangan untuk mengurangi paparan langsung sinar matahari.

"Pakai payung atau pakai topi. Kemudian, terutama bagi pengguna roda dua, bisa pakai pakaian yang lebih menutup untuk melindungi kulit. Jika dirasa panas sangat menyengat, harap menepi untuk berteduh dulu," imbaunya.

Ia juga menuturkan, tinggi rendahnya indeks UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah.

"Untuk indikator UV, kami belum menerima hasil laporannya karena BMKG tidak memantau lebih jauh mengenai UV. Kami lebih memantau mengenai suhu udara," akunya.

Berdasarkan informasi BMKG pusat, besar kecilnya radiasi UV yang mencapai permukaan bumi memiliki indikator nilai indeks UV. Indeks ini dibagi menjadi beberapa kategori: 0-2 (Low), 3-5 (Moderate), 6-7 (High), 8-10 (Very High), dan 11 ke atas (Extreme).

Secara umum, pola harian indeks ultraviolet berada pada kategori “Low” di pagi hari; mencapai puncaknya di kategori “High”, “Very high” sampai dengan “Extreme” ketika intensitas radiasi matahari paling tinggi di siang hari antara pukul 12.00 – 15.00 waktu setempat, dan bergerak turun kembali ke kategori “Low” di sore hari.

Pola ini bergantung pada lokasi geografis dan elevasi suatu tempat, posisi matahari, jenis permukaan, dan tutupan awan.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler