Berdiri di Bandung, Sekolah Pertama Wanita di Indonesia ini Konsisten Ajarkan Mapel Keterampilan Rumah Tangga

22 November 2022, 16:20 WIB
Sekolah Dewi Sartika merupakan sekolah bersejarah di Kota Bandung. /HUMAS BANDUNG


PRFMNEWS – Kota Bandung memiliki sebuah bangunan sekolah bersejarah yang kini berusia sekira 118 tahun bernama Sekolah Dewi Sartika.

Sejarah mencatat Sekolah Dewi Sartika merupakan sekolah pertama wanita di Indonesia dan kini berlokasi di Jalan Keutamaan Istri, Nomor 12, Kelurahan Balonggede, Kecamatan Regol, Kota Bandung.

Awal berdiri, sekolah wanita yang didirikan pada 16 Januari 1904 dan dipimpin oleh Raden Dewi Sartika ini bernama Sakola Istri yang berlokasi di Paseban Kulon Pendopo Kabupaten Bandung.

Baca Juga: Mengingat Sejarah Singkat Lahirnya Kota Bandung, Tak Lepas dari Pembangunan Jalan Raya Pos 1808

Pada 1905 atau setahun berikutnya, Raden Dewi Sartika membangun gedung sekolah baru di tempat yang kini dikenal SD dan SMP Dewi Sartika.

Sampai sekarang, SD dan SMP Dewi Sartika di Kota Bandung ini tetap melakukan proses belajar mengajarnya di gedung bersejarah tersebut.

Kala itu di awal berdiri, kurikulum yang diberikan bagi para siswi di Sakola Istri ini disesuaikan dengan kurikulum Sekolah Kelas Dua (Tweede Klasse Inlandsche School) milik pemerintah.

Baca Juga: Sejarah Balai Kota Bandung, Sempat Bernama Gemeente Huis, Dulu Gudang Kopi

Sekolah Dewi Sartika, di Jalan Keutamaan Istri, No. 12, Kelurahan Balong Gede, Kecamatan RegoL HUMAS BANDUNG

Namun ditambah dengan mata pelajaran (mapel) keterampilan yang ada hubungannya dengan kepentingan rumah tangga, seperti memasak, mencuci, menyetrika, membatik, menjahit, menisik, merenda dan menyulam.

Selain itu diajarkan pula pelajaran agama, kesehatan, bahasa Melayu dan bahasa Belanda. Pelajaran-pelajaran tersebut tidak hanya diberikan secara teori, tetapi diberikan juga dalam bentuk praktik.

Menelisik catatan sejarah lebih dalam, pada awal berdiri, Sekolah Dewi Sartika itu hanya memiliki dua ruangan untuk belajar.

Baca Juga: Sejarah Singkat Klinik Pratama Advent Bandung, Dulu Rumah Sakit Kini Jadi Cagar Budaya

Tiga orang pengajar yakni Raden Dewi Sartika, Ibu Purma, dan Ibu Uwit hanya mengajar 20 orang siswi.

Membahas soal nama sekolah, Sekolah Dewi Sartika ini pun sempat berganti beberapa kali. Awal berdiri bernama Sakola Istri, lalu pada tahun 1910 diganti jadi Sakola Kautamaan Istri.

Tahun 1929 diubah jadi Sakola Raden Dewi. Tahun 1951 berubah jadi Sekolah Guru Bawah, Sekolah Kepandaian Puteri (1961), Sekolah Kejuruan Kepandaian Puteri (1963), dan saat ini jadi SD dan SMP Dewi Sartika.

Kini, puluhan pelajar SD dan SMP Dewi Sartika rutin mengikuti pelajaran di ruangan sejuk dengan langit-langit tinggi dan jendela ram kawat yang memang akan selalu dipertahankan.

Ada satu kelas yang masih mempertahankan meja kursi yang sama seperti dulu. Kelas tersebut juga dihiasi berbagai foto yang menunjukan kejayaan sekolah tersebut pada tempo dulu.

"Ini ruangan legenda, mulai dari kursinya kita masih pertahankan yang lama. Kami hanya memugar sedikit saja, sisanya masih sama," kata Kepala Sekolah SMP Dewi Sartika, Sri Rostinah.

SMP Dewi Sartika saat ini memiliki 142 murid, terdiri dari 81 siswi dan 63 siswa. Sedangkan SD sebanyak 52 siswa.

Sekolah Dewi Sartika saat ini tetap mempertahankan pendidikan khusus bagi pelajar perempuan. Materi keputrian masih diajarkan, seperti menjahit, memasak, dan membuat produk kerajinan.

"Tadinya ekskul, sekarang dimasukan menjadi mata pelajaran. Walaupun hanya satu jam ya, mereka diajarkan untuk menjahit, membuat kerajinan. Siswa juga ikut pelajaran tersebut," ujarnya.

Sri pun berharap, Sekolah Dewi Sartika yang kini bernama SD dan SMP Dewi Sartika ini bisa tetap eksis tak lekang ditelan zaman.

"Mudah-mudahan sekolah ini tetap maju, siswanya semakin banyak serta mendapat perhatian dari pemerintah maupun pihak lainnya. Sekolah ini bersejarah, jadi harus kita lestarikan," ungkapnya.

Terlebih, SD dan SMP Dewi Sartika adalah bangunan Cagar Budaya yang dilindungi undang-undang dan Perda Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pengelolaan Cagar Budaya.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler