Sejak pagi, warkop ini biasanya sudah dipadati pengunjung yang baru selesai berolahraga bersama teman dan keluarga, meeting, atau bahkan sengaja berkunjung sendiri.
Selanjutnya soal furniture di warkop ini yang semua tampak sederhana termasuk alat masak, alat makan, dan tempat duduk, istri Hudha, Anggia Bonyta ikut menjelaskannya.
"Ada madrasah yang mau jual bangku-bangkunya. Kebetulan karena saat itu budget kita masih minim, belum bisa beli furniture di IKEA. Jadi ya beli dari madrasah saja," ujar Anggia Bonyta.
Tak ada menu andalan di sini karena semua menu merupakan favorit dari konsumen. Namun, Hudha mengatakan, menu paling 'tua' di sini adalah tongseng kambing dan gulai kambing tulangan.
Baca Juga: 7 Fakta Kasus Cinta Segitiga Berujung Maut, Pria di Karawang Dibunuh Pasutri yang Sedang Tahap Cerai
Setelah berjalan, tambah Hudha, pihaknya mulai menambah sejumlah menu lainnya yang tak kalah favorit, seperti cumi cabai hijau, nasi goreng ayam kampung, dan nasi goreng kambing.
"Menu kita tidak banyak, sehingga semua pelanggan punya favoritnya masing-masing. Bahkan ada menu mingguan juga di sini yang berganti setiap Jumat. Jadi menu itu adanya Jumat-Kamis di pekan berikutnya," jelasnya.
Ia mengaku, jika menu mingguan tak memiliki pola pergantian khusus. Semuanya disesuaikan dengan keinginan dan kemampuan saat itu.
"Menu buat di rumah juga ini tuh sebenarnya. Tak ada pola dan rumus pergantian menunya. Tergantung minggu ini mau makan apa, ya kita bikin saja sekalian dijual," bebernya.
Alhasil, menu mingguan ini justru menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung Imah Babaturan.