8 Hotel Bersejarah dan Klasik di Bandung yang Sudah Berdiri Sejak Era Kolonial

26 September 2023, 16:00 WIB
Seorang pengendara sepeda melintas di depan Hotel Savoy Homann, Jalan Asia Afrika Kota Bandung, Jumat 1 Januari 2021. /PRFMNews/prfmnews

PRFMNEWS - Pariwisata Indonesia tidak bisa terlepas dari jasa kolonial Hindia Belanda. Sejak terusan Suez dibuka, banyak kapal Eropa yang menuju ke wilayah nusantara untuk urusan perdagangan. Kemudian abad ke-19, sejumlah kapal pesiar menepi membawa turis-turis yang hendak liburan.

Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, saat itu Hindia Belanda membangun hotel-hotel di Indonesia yang sekarang menjadi hotel bersejarah di Indonesia.

Hotel-hotel tersebut tersebar di berbagai kota termasuk di Kota Bandung, hotel tersebut mempunyai nilai bersejarah peninggalan zaman Belanda yang masih beroperasi hingga sekarang.

Baca Juga: Hotel Mewah Pertama di IKN Nusantara Mulai Dibangun, Jokowi: Ini Akan Bangkitkan Percaya Diri Investor

Dengan latar belakang sejarahnya, hotel-hotel tersebut memiliki daya tarik tersendiri yang tentunya tak bisa ditemukan di hotel lainnya.

Penasaran apa saja hotel-hotel bersejarah yang ada di Bandung? langsung simak sampai selesai ya.

  • Hotel Savoy Homann Bandung

Hotel Savoy Homann Bandung merupakan salah satu hotel tertua di Indonesia yang memiliki nilai sejarah adalah Hotel Savoy Homann di Bandung. Berdiri sejak 1871.

Awalnya Hotel Savoy Homann bernama Hotel Homann yang diambil dari nama pemiliknya kala itu, Homman seorang berkebangsaan Jerman. Pada saat itu, hotel ini terbuat dari bambu sebelum kemudian pada 1880 bangunan hotel ini dibangun kembali dengan tembok batu bata.

Gedung yang kini berdiri megah menghadap Jalan Asia Afrika sendiri baru dibangun pada 1937 dengan rancangan arsitek A.F. Aalbers bergaya art deco dan sejak tahun itu pula hotel bersejarah ini dikenal dengan nama Savoy Homann Hotel.

Mengalami berbagai pergantian kepemilikan, hotel bersejarah di Indonesia satu ini juga pernah menjadi pilihan akomodasi tokoh-tokoh dunia seperti aktor Charlie Chaplin dan pemimpin-pemimpin negara pada saat Konferensi Asia-Afrika seperti Cho En Lai dan Jawaharlal Nehru.

Lokasi: Jl. Asia Afrika No. 112, Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Indonesia, 40261

Baca Juga: 11 Rekomendasi Hotel yang Instagramable dan Aesthetic di Bandung untuk Staycation

  • Prama Grand Preanger Hotel

Hotel ini awalnya bernama Hotel Preanger dan dibangun pada tahun 1884 sebagai toko untuk melayani para pemilik perkebunan di Priangan.

Pada tahun 1897, toko ini diubah menjadi hotel oleh seorang Belanda bernama W.H.C. Van Deeterkom.

Pada tahun 1920, hotel ini berganti nama menjadi Grand Hotel Preanger dan direnovasi dengan gaya Indische Empire oleh Prof. Charles Prosper Wolff Schoemaker, yang dibantu oleh mantan muridnya, Ir. Soekarno.

Hotel ini juga menjadi tempat menginap para tamu penting pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.

Lokasi : Jl. Asia Afrika No.81, Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung

  • Grand Royal Panghegar

Bangunan yang berdiri megah ini juga telah lama berdiri. Bergaya art deco, hotel dibangun tahun 1922 yaitu 97 tahun lalu. Pemiliknya bernama Anna Marie Meister yang merupakan seorang perempuan asal dari distrik Italia di Swiss.

Awalnya bangunan ini diberi nama Pension van Hengel dan dulu dirancang sebagai wisma yang merupakan tempat menginap dalam jangka waktu panjang.

Lokasi : Jl. Merdeka 2, Bandung

  • Hotel Bumi Sawunggaling

Bangunan Hotel Sawunggaling yang dibangun pada 1920 punya keterkaitan sejarah dengan kampus ITB (Institut Teknologi Bandung). Sebelum menjadi hotel, bangunan Hotel Sawunggaling lebih dikenal dengan nama Dacosta Boulevard.

Awalnya, tempat di pertigaan Jalan Tamansari dan Jalan Sawunggaling tersebut dihuni instruktur ITB berkebangsaan Belanda, yakni Merv Bosch Jacobs.

Pada masa pendudukan Jepang, bangunan ini sempat menjadi penampungan para instruktur ITB yang terusir dari kediamannya oleh tentara Jepang. Gedung tersebut berpindah tangan kepada pemerintah Indonesia setelah merdeka.

Tahun 1959, ketika bernama Dames Internat, gedung digunakan asrama putri mahasiswa ITB, kemudian asrama putra ITB dengan nama Rumah E. Rektor ITB Wiranto Arismunandar mengubah fungsi Rumah E menjadi Wisma Tamu ITB pada 1997. Bumi Sawunggaling resmi beroperasi sebagai hotel pada 28 April 1998.

Lokasi : Jl. Sawunggaling No.13, Tamansari, Kec. Bandung Wetan, Kota Bandung

Baca Juga: 11 Hotel Kapsul Terbaik di Bandung dengan Harga Terjangkau, Cocok untuk Backpacker

  • Hotel Gino Feruci Braga

Hotel ini terletak di Jalan Braga, salah satu jalan bersejarah di Bandung yang dulu dikenal sebagai Parijs van Java karena keindahan dan kemegahannya.

Semula Gino Feruci merupakan Landhuis (komplek tempat tinggal) orang Tiongkok yang didirikan tahun 1884 lalu.

Pendirinya merupakan warga Tionghoa yang berasal dari Surabaya bernama Tan Tjin Gie. Walau tidak tampak seperti hotel lawas, namun Gino Feruci tetap menjadi bagian dari masa lampau. Suasana hotel ini pun terkesan modern dan nyaman untuk ditempati.

Lokasi : Jl. Braga No.67, Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung

  • Hotel El Royale Bandung

Bangunan awalnya memang sudah tak tampak. Hotel El Royale eks Hotel Grand Royal Panghegar ini dulu merupakan empat bungalo sederhana bergaya Art Deco yang dibangun pada 1922. Pemiliknya Anna Marie Meister dari distrik Italia di Swiss. Bangunan 40 kamar terpisah tersebut diberi nama Pension van Hengel.

Nama besar Panghegar tak bisa dilepaskan dari seorang pribumi bernama HEK. Ruhiyat. Ia adalah pegawai di tempat tersebut. Dengan modal nekat, Ruhiyat membelinya dengan cara dicicil selama delapan tahun dan baru lunas pada 1968.

Yang menarik adalah pergantian nama Pension van Hengel menjadi Panghegar. Hegar dalam bahasa Sunda berarti terang, bersih, dan sejuk. Pada 1962, pemerintah melarang penggunaan nama asing.

Rupanya Ruhiyat teringat penyebutan nama van Hengel oleh orang Jepang dengan sebutan “pan-hegaro” lantaran kesulitan mengucapkan “V” dan “L”.

Lokasi : Jl. Merdeka No.2, Braga, Kec. Sumur Bandung, Kota Bandung

Baca Juga: Ini 5 Alasan Kenapa kamar Hotel Tidak Memiliki Guling, Baru Sadar kan?

  • The Papandayan

Hotel ini merupakan salah satu hotel mewah dan modern di Bandung yang memiliki sejarah panjang. Hotel ini awalnya bernama Hotel Aryaduta dan dibangun pada tahun 1982 oleh PT Ciputra Development.

Hotel ini menjadi tempat menginap para tamu kenegaraan, seperti Ratu Elizabeth II dari Inggris, Raja Bhumibol Adulyadej dari Thailand, dan Presiden Bill Clinton dari Amerika Serikat.

Pada tahun 2010, hotel ini diakuisisi oleh PT Graha Cipta Selaras dan berganti nama menjadi The Papandayan.

Lokasi : Jl. Gatot Subroto No.83, Malabar, Kec. Lengkong, Kota Bandung,

  • Bumi Sangkuriang

Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang terletak di Jalan Kiputih, Ciumbuleuit, punya ikatan histori dengan perkumpulan elite Belanda, yakni Societeit Concordia yang dibentuk pada 1879.

Gedung tempat mereka berkumpul, kini difungsikan sebagai Gedung Museum Konferensi Asia Afrika dan Gedung Merdeka, ditukar oleh pemerintah Indonesia setelah Konferensi Asia Afrika 1955.

Sebagai gantinya, pemerintah memberikan lahan yang kemudian dibangun dan diberi nama Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang pada 1957.

Gedung Bumi Sangkuriang yang sempat populer dengan nama Concordia itu didesain oleh seorang Belanda bernama Gmelig Meyling dan dibangun oleh NV. de Concurrent Bandung.

Sebelum dibangun, lahan yang dipakai dulunya kebun karet seluas 2,6 hektare. Hingga saat ini, gedung dengan arsitektur khas Belanda tersebut tetap terawat sebagaimana bentuk awalnya. Sejumlah tambahan bangunan baru tidak menghilangkan tampilan utama warisan sejarah ini.

Lokasi : Jl. Kiputih No.12, Ciumbuleuit, Kec. Cidadap, Kota Bandung

Baca Juga: 5 Rekomendasi Hotel Mewah di Puncak untuk Staycation Bersama Keluarga

Itulah delapan hotel bersejarah di Bandung yang menawarkan pengalaman menginap yang unik dan menarik.

Selain menikmati fasilitas dan pelayanan yang berkualitas, kamu juga bisa merasakan nuansa sejarah yang kental di hotel-hotel ini.

Hotel tua di Bandung di atas menjadi bagian dari sejarah. Kamu pun bahkan bisa menjumpainya hingga saat ini. Apakah kamu tertarik untuk menginap di hotel klasik di atas?***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler