PSSI Mulai Bersurat ke FIFA untuk Penggunaan VAR di Liga 1 Musim Depan

- 29 Mei 2023, 15:15 WIB
Ilustrasi VAR.
Ilustrasi VAR. /Matthew Childs/REUTERS

PRFMNEWS - PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) sangat serius dalam penggunaan Video Assistant Referee (VAR) untuk Liga 1 2023/2024 salah satunya dengan menyampaikan rencana ini kepada federasi sepak bola dunia (FIFA).

Pada Kamis, 25 Mei 2023 kemarin, PSSI telah kembali mendeklarasikan dan mensubmit kepada FIFA terkait rencana penerapan VAR yang ditargetkan akan mulai digunakan di pertengahan Liga 1 2023/2024.

Untuk penggunaan VAR di Liga 1, ada beberapa tahapan yang harus dilewati oleh PSSI dan PT LIB hingga pada akhirnya FIFA memberikan restu untuk penggunaan VAR di Liga 1.

Baca Juga: Ada Wacana Penggunaan VAR di Liga 1, Persib: Keputusan dari Wasit Akan Lebih Akurat

“Kami telah berkirim surat kepada FIFA terkait rencana untuk kembali melanjutkan proses penerapan VAR di Indonesia. Sesuai dengan panduan dari FIFA, kami melampirkan pula beberapa tahapan awal yang harus dipenuhi seperti membentuk VAR Project Team, menetapkan timeline program, kepastian sumber pendanaan dan provider teknologi yang dipilih,” jelas Ketum PSSI, Erick Thohir.

Untuk mematangkan rencana tersebut, PSSI telah mendelegasikan kepada PT LIB sebagai yang bertanggung jawab dalam seluruh proses pemenuhan implementasi VAR, termasuk dalam persiapan teknologi yang akan digunakan.

Sesuai dengan panduan dari FIFA, setiap pihak yang akan menggunakan VAR harus melengkapi seluruh proses yang dinamakan Implementation Assistance and Approval Programme (IAAP).

Baca Juga: Jelang Penggunaan VAR di Liga 1, Ini Permintaan PT LIB kepada Semua Klub Liga 1

5 Tahapan penerapan VAR

Ada 5 tahapan dalam IAAP, yakni Innitial Consideration, VAR Declaration, Preparation & Training, Approval Process, dan Monitoring.

Dirut PT LIB Ferry Paulus membenarkan pihaknya telah ditunjuk oleh PSSI untuk menjalankan misi penggunaan VAR di Liga 1 dengan mulai melakukan riset serta menjalin kolaborasi dengan negara lain yang sudah menerapkan VAR.

"Kami telah melakukan kajian dan riset cukup panjang, kolaborasi dengan negara tetangga yang telah lebih dahulu menerapkan VAR, seperti Thailand dan Singapura, hingga menetapkan Selected Technology Provider (STP) dari beberapa kandidat yang ada. Tentu kami juga harus menyipakan strategi pendanaannya, dan harapannya kita bisa jalankan dengan lancar, dan ada akselerasi hingga rencana VAR mulai diterapkan pada awal tahun 2024, yang sudah masuk putaran kedua Liga 1 2023/24,” ujar Ferry.

Baca Juga: Viral Oknum Debt Collector Hendak Ambil Motor Lunas, Polres Cimahi Sudah Amankan Pelaku

Lebih lanjut Ferry menegaskan bahwa LIB dan PSSI menunjuk Asep Saputra, Deputy Director of Competition LIB sebagai Project Leader dalam VAR Project Team ini untuk mengurusi semua hal komunikasi dan pemenuhan syarat dari FIFA serta instalasi teknologi VAR.

Selain itu, MoU antara PSSI dan JFA (federasi sepak bola Jepang) juga menjadi sangat produktif dengan menyertakan instruktur wasit VAR dari JFA dalam proses training dan lisensi VAR bagi wasit Indonesia.

“Tetap menjadi sinergi yang positif dan harmonis antara LIB dan PSSI. Terobosan inovatif dari PSSI di bawah bapak Erick Thohir dalam Referee Development harus kita imbangi dengan akselerasi program sesuai proporsi kita. Proses pelatihan wasit untuk lisensi VAR, paling cepat bisa dilakukan dalam 6-7 bulan, dan semoga bisa tercapai dengan baik, tentunya kita mengedepankan aspek kualitas, sehingga untuk tahap awal ini Komite Wasit bisa menyiapkan 30 wasit VAR, 30 Asisten VAR dan 27 Replay Operator,” tambah Ferry.

Baca Juga: Tahun Depan BIJB Kertajati Diharapkan Bisa untuk Calon Haji Asal Jateng

Terkait sistem sentralisasi atau desentalisasi VAR yang akan digunakan, LIB memutuskan untuk melakukan desentralisasi. Itu artinya, VAR Room akan dipasang di setiap stadion pertandingan BRI Liga 1 2023/24.

Sebagai referensi, Thailand dan Singapura menerapkan sentralisasi, sehingga VAR Room mereka tidak ditempatkan di stadion, namun terpusat di satu area. Sesuai dengan kajian dan perhitungan yang dilakukan LIB, model sentralisasi ini agak sulit dijalankan di Liga Indonesia karena ada tantangan faktor geografis dan infrastruktur jaringan.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x