Kemudian juga masalah teknis, dengan memakai kompor listrik maka alat-alat masak akan berbeda. Masyarakat miskin harus membeli alat-alat baru dan harganya tidak murah. Selain itu, apakah mereka juga akan nyaman menggunakan kompor listrik? Sebab di Indonesia masak-memasak itu sudah menjadi bagian kebudayaan.
"Jangan sampai nanti malah ujung-ujungnya ngga mau pakai barang itu, tetap aja pakai LPG 3 kg dan tujuan awal tadi itu tidak teratasi," imbuhnya.
Baca Juga: Gunung Semeru Meletus, PVMBG Umumkan VONA Orange, Ini Artinya
Baca Juga: KABAR BAIK, Token Listrik Gratis PLN Diperpanjang Hingga Maret 2021, Begini Cara Dapatnya
Sementara jika sasarannya adalah golongan menengah, Fabby pun mempertanyakan kelayakan kompor listrik itu diberikan secara cuma-cuma. Lalu apakah cukup hanya dengan satu kompor? Karena golongan ini konsumsinya lebih banyak dan biasanya tidak cukup satu kompor. Apabila tambah kompor listrik, otomatis akan tambah daya listrik.
Menurut dia, sebelum merealisasikan wacana pemberian kompor gratis ini, pemerintah sebaiknya harus mempertimbangkan sejumlah persoalan sosial psikologis di atas.
"Jadi untuk golongan menegah tidak perlu diberikan gratis oleh pemerintah, tapi diberi insentif saja misalnya pemerintah kerjasama dengan produsen, lalu diberikan diskon," pungkasnya.***