Masih Banyak OTG, IDI Jabar Minta Warga Tetap Disiplin Agar Tak Ada Gelombang Dua Covid-19 di Jabar

- 18 Mei 2020, 08:17 WIB
Seorang pegemudi ojek online saat diberhentikan petugas untuk menggunakan masker kain yang dibagikan kepolisian di kawasan Margaasih, Kabupaten Bandung, Kamis (9/4/2020).* BUDI SATRIA
Seorang pegemudi ojek online saat diberhentikan petugas untuk menggunakan masker kain yang dibagikan kepolisian di kawasan Margaasih, Kabupaten Bandung, Kamis (9/4/2020).* BUDI SATRIA /

BANDUNG,(PRFM) - Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Jawa Barat akan berakhir pada Selasa, 19 Mei 2020 besok. Jelang berakhirnya PSBB yang berbarengan dengan mendekatkan hari raya idulfitri atau lebaran di akhir pekan nanti, membuat pasar dan beberapa toko busana justru menjadi kian ramai oleh pengunjung.

Warga terlihat tak mengindahkan imbauan jaga jarak atau physical distancing dengan berbondong-bondong belanja di pasar dan toko busana.

Baca Juga: Digelar Tanpa Penonton, Thomas Mueller Bergurau Liga Jerman Seperti Laga Orang Tua

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Barat Eka Mulyana menyayangkan adanya kerumunan massa tersebut. Dia sangat khawatir adanya orang tanpa gejala (OTG) yang berinteraksi dengan warga sehat dan berpotensi menularkan covid-19.

"Kita kenal atau semua orang sudah tahu dengan adanya istilah OTG atau orang tanpa gejala. Inilah yang kita khawatirkan, yang kita takutkan, karena OTG ini terlihat seperti sehat-sehat saja tapi ternyata sangat infeksius dan dapat menularkan," jelas Eka saat on air di Radio PRFM 107,5 News Channel, Senin (18/5/2020).

Baca Juga: Kemenag akan Gelar Sidang Isbat Penentuan 1 Syawal 1441 H pada 22 Mei

Ditegaskan Eka, meski OTG berkegiatan menggunakan masker, namun jika tanpa jarak atau berdesak-desakan tanpa physical distancing masih akan tetap berpeluang menularkan Covid-19.

"Ini yang dikhawatirkan oleh para ahli yakni adanya second wave, jadi artinya ada gelombang kedua atau lebih berat lagi kejadiannya. Jangan sampai terjadi dengan second wave pasien-pasien covid-19 ini makin membludak masuk ke rumah sakit," tegasnya.

Eka menambahkan, jika terjadi lagi bludakan pasien covid-19 di rumah sakit, maka tenaga medis akan kembali sibuk menangani pasien covid-19. Selain itu, pemerintah, pengusaha, dan warga lainnya akan menjadi kembali susah jika ada gelombang dua penyebaran covid-19.

Baca Juga: Evaluasi PSBB Jabar, 50 Persen Daerah Masih Berstatus Zona Merah

Dengan adanya PSBB di Jawa Barat membuat pesebaran covid-19 di Jawa Barat berhasil ditekan. Namun demikian, meski tak ada PSBB, warga harus tetap bisa disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan pencegahan covid-19 sebagai bentuk antisipasi terjadinya gelombang dua covid-19 di Jawa Barat.

Eka menjelaskan, selain banyaknya jumlah penduduk di Indonesia dan di Jawa Barat yang banyak, terdapat juga sosial kultur yang beragam. Maka dari itu, pemerintah diminta tegas dalam menerapkan kedisiplinan, salah satunya dengan mempertegas sanksi bagi warga yang tak disiplin dalam menjalankan protokol kesehatan pencegahan covid-19.

"Kedisiplinan ini harus betul-betul ditegakan sanksinya. Kalau hanya imbauan saja ngga cukup di negera kita atau di kota-kota di Jawa Barat," tegasnya.

Baca Juga: Satu Kios Bambu di Pinggir Jalan Soekarno-Hatta Ludes Dilalap Api

Karena masih banyaknya warga yang tak disiplin, Eka berharap tak ada dulu relaksasi atau pelonggaran kegiatan di Jawa Barat. Menurutnya, relaksasi atau pelonggaran kegiatan boleh dilakukan jika memang kasus covid-19 di Jawa Barat benar-benar telah turun. Dan untuk menurunkan kasus covid-19 di Jawa Barat dan Indonesia pada umumnya harus benar-benar dibarengi dengan kedisiplinan warga selain berbagai upaya yang terus dilakukan pemerintah daerah hingga pemerintah pusat.

"Jadi akhirnya dengan penduduk yang sekian banyak di kita, ini tergantung dari efektivitas kedisiplinan di kita, itu kuncinya," tandasnya.

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x