Ketua PHRI Jabar: Lebaran Kali Ini adalah Lebaran Terpahit yang Dirasakan Pengusaha Hotel dan Restoran

10 Mei 2021, 07:22 WIB
Ilustrasi hotel. (Pixabay) /Pixabay



PRFMNEWS - Penyebaran pandemi virus corona (Covid-19) di Indonesia yang belum melandai membuat pemerintah terpaksa membatasi pergerakan masyarakat.

Pergerakan dan aktivitas masyarakat dibatasi, termasuk pada Hari Raya Idul Fitri dan libur Lebaran nanti.

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat (Jabar) Herman Muchtar mengatakan, Lebaran kali merupakan Lebaran terpahit bagi pengusaha restoran, hotel dan transportasi.

Pasalnya, dengan dibatasinya pergerakan masyarakat, akan berdampak terhadap okupansi hotel.

"Ini Lebaran tarpahit yang dirasakan pengusaha restoran, hotel, dan transportasi. Dengan dibatasinya pergerakan perjalanan masyarakat, sudah jelas okupansi hotel berada di posisi paling rendah," kata Herman saat On Air di Radio PRFM 107.5 News Channel, Minggu 9 Mei 2021.

Baca Juga: Ingin Nonton Preman Pensiun 5 dari Episode 1? Silakan Nonton Gratis di Link Streaming Berikut

Dia lantas membandingkan kondisi Lebaran tahun ini dengan tahun lalu. Menurutnya pada Lebaran tahun lalu, meskipun ada pemberlakuan PSBB, namun dampak bagi perhotelan dan restoran tidak separah tahun ini.

Dia juga menilai, kebijakan membuka objek wisata pada libur Lebaran tidak akan berpengaruh signifikan, karena memang pergerakan masyarakat dibatasi.

"Tahun lalu Lebaran pas ada PSBB masih ada pergerakan, belum ada pembatasan-pembatasan seperti ini. Anggota PHRI saat ini kondisinya terpuruk, apalagi ada kewajiban membayar THR, ini posisi sulit," katanya.

Baca Juga: Terkonfirmasi, Satu Keluarga Mudik Jalan Kaki dari Jateng Ternyata Warga Cangkuang Bandung

Lebih lanjut dia menuturkan, sejak pandemi menyebar di Indonesia, hotel dan restoran menjadi salah satu sektor yang terdampak parah.

Bahkan, sekitar 200 hotel di Jabar sudah tutup pada Juni tahun lalu.

Dia memperkirakan angka tersebut akan bertambah, mengingat okupansi hotel saat ini semakin menurun.

"Hotel bisa jadi banyak yang tutup kalau okupansinya di bawah 10%, atau malah di bawah 5%," tandasnya.***

Editor: Rian Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler