Proses persiapan Yayat dan tim Karla Bionics sendiri terbilang singkat, namun Yayat begitu cekatan dalam menemukan berbagai strategi yang tepat untuk memindahkan setiap benda secara cepat, efisien, dan tanpa kesalahan.
"Triknya sering latihan, awalnya kita coba dari benda-benda yang mirip, seperti kunci, pulpen, kartu, kelereng, koin dicoba sampai masing-masing kita tahu cara pegang dan cara pindahinnya," timpal Desainer "Lengan Prostesis K22BP" Karla Bionics, Syaiful Hammam.
Proses pengembangan "Lengan Prostesis K22BP" telah berjalan selama lima tahun dengan fokus dari awal untuk menyelesaikan masalah lengan prostesis yang fungsional dan rendah biaya.
Hambatan terbesar dalam proses pengembangan ini justru terletak pada proses pencarian filosofi utama dari lengan bionik itu sendiri, baru kemudian menentukan mekanisme lengan bionik yang sesuai.
Setelah melalui banyak riset dan komunikasi langsung dengan penyandang difabel mengenai kebutuhan seorang difabel akan lengan prostesis, maka akhirnya Karla Bionics merumuskan bahwa filosofi atau konsep lengan palsu tidak boleh menyerupai lengan biasa agar para difabel tidak perlu menutupi kekurangannya.
Berdasarkan hal tersebut lengan prostesis yang didesain Karla Bionics memang ditujukan untuk merayakan keunikan. Tampilannya pun dibuat nampak seperti robotik untuk memberikan kesan pertama yang kuat bagi siapa saja yang melihatnya.
Harapannya melalui "Lengan Prostesis K22BP", Karla Bionics dapat menyebarkan pesan #proudactive yang memiliki makna menerima kondisi diri saat ini dengan bangga serta tetap aktif melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi lingkungan terdekatnya.
Baca Juga: Forum Dosen SBM dan Rektor ITB Sepakat Adakan Negosiasi, Begini Hasilnya