Tragis! Sekolah di Jepang Berubah Jadi Akuarium Raksasa dan Pabrik Sake Karena Kekurangan Murid

26 Juni 2023, 09:30 WIB
Ilustrasi sekolah. /Freepik/

PRFMNEWS - Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Sains dan Teknologi (MEXT) di Jepang, sebanyak 8.580 lembaga shogakko dan chugakko (setara SD dan SMP) di Jepang berhenti beroperasi sejak 2002 hingga 2021.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 5.500 sekolah yang terbengkalai dimanfaatkan sebagai pusat komunitas atau beralih fungsi menjadi hostel, galeri seni, akuarium, hingga pabrik sake.

Dari jumlah tersebut, 74% masih memiliki fasilitas sekolah, dan sekitar 5.500 digunakan sebagai pusat komunitas atau dilanjutkan sebagai asrama, galeri seni, akuarium, dan bahkan pabrik sake.

Baca Juga: Jutaan Rumah Kosong di Jepang Bisa Dimiliki Gratis, Kok Bisa? Ternyata ini Sederet Alasannya

Ditutupnya ribuan sekolah itu dikarenakan penurunan drastis angka kelahiran di jepang. Akibatnya, ruang-ruang kelas menjadi kosong.

Penutupan ini adalah keputusan yang menyakitkan bagi orang-orang Jepang, yang menganggap peran sekolah tidak hanya sebatas tempat untuk belajar.

“Sekolah-sekolah ini adalah pusat dari aktivitas masyarakat. Di Jepang, taman bermain dan gymnasium sekolah dasar sering dibuka saat libur sekolah, masa liburan, dan malam hari untuk mengakomodasi beragam kegiatan masyarakat,” kata Takahiro Hisa, seorang professor di Fakultas Sosiologi Terapan Universitas Kindai, mengutip dari euro.ESEURO.

Baca Juga: Komite PBB Setujui Draf Resolusi Usulan Jepang untuk Dunia Bebas Nuklir

Ketika ada bencana alam seperti gempa bumi dan angin topan, sekolah-sekolah ini menjadi tempat pengungsian yang penting.

Lingkungan sekolah memang sangat penting bagi masyarakat Jepang.Melalui proyek Closed School for All yang dilaksanakan pada 2010, pemerintah mencoba mengatasi persoalan depopulasi dan penduduknya yang kian menua, dengan revitalisasi daerah, memanfaatkan peran sekolah dan infrastruktur yang tersedia.

“Dengan populasi yang menurun, penting untuk memanfaatkan sumber daya lokal yang tersedia secara efisien dibandingkan membangun fasilitas-fasilitas baru,” ujar Hisa.

Saat ini, ada sekitar 9 juta yang terdaftar di sekolah dasar (2,9 juta di shogakko dan 2,9 juta di chugakko), dan jaringan 28 ribu sekolah negeri untuk tingkat ini.

Baca Juga: Luhut Sebut Kereta Cepat Jakarta Bandung Ditargetkan Diresmikan Presiden Jokowi pada 18 Agustus 2023

Lonjakan terjadi dua kali dalam sejarah Jepang:

- Pada tahun 1958, ketika 40.000 sekolah negeri melayani 18,6 juta siswa sekolah dasar (13 juta di shogakko dan 5,6 juta di chugakko), anak-anak dari baby boom pertama (1947-1949).

- Pada tahun 1981 terjadi peningkatan besar lagi dalam tubuh mahasiswa dengan datangnya generasi kedua baby boom (1971-1974).

Sejak saat itu, tingkat hunian ruang kelas terus menurun. Tahun lalu, untuk pertama kalinya, jumlah kelahiran di Jepang turun di bawah 800.000, menunjukkan bahwa lebih banyak sekolah yang akan ditutup.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi

Tags

Terkini

Terpopuler