PRFMNEWS – Nama Abah Landoeng masuk dalam daftar sosok penting pada kisah sejarah pelaksanaan acara Konferensi Asia Afrika (KAA) di Kota Bandung, 18 April 1955 silam. Ia adalah seorang pria yang dikenal sebagai guru sekaligus tokoh pejuang buta huruf asal Bandung.
Saat Konferensi Asia Afrika 1955, tugas Abah Landoeng menjadi relawan yang mengumpulkan mobil untuk para delegasi peserta KAA. Menjadi pawang hujan dalam event bersejarah tersebut juga pernah dilakoninya sesuai titah dari Presiden pertama RI, Soekarno.
Kisah perjuangan mengumpulkan mobil yang tidaklah mudah ini dilakukan Abah Landoeng selepas mengajar. Setelah Maghrib, dia berkeliling ke beberapa tempat di Bandung untuk mencari mobil dengan mengayuh sepeda onthel kesayangannya.
Selama 2 minggu, ia mampu mengumpulkan 14 mobil dari berbagai penjuru Kota Bandung. Mobil-mobil yang dikumpulkan terbilang mewah pada masanya, seperti Mercy, Dodge, dan Impala. Para pemilik rela meminjamkan mobil mereka dan menaruh kepercayaan penuh pada Abah Landoeng yang dikenal sebagai guru.
Mobil-mobil pun digunakan untuk para delegasi peserta KAA tanpa perlu disewa. Ia mengumpulkan 14 mobil dikarenakan waktu terbatas. Namun, 14 mobil akhirnya dikumpulkan bersama ratusan mobil lainnya untuk digunakan selama KAA 1955 berlangsung.
Abah Landoeng pun pernah dititahkan oleh Presiden Soekarno sebagai pawang hujan. Usai KAA, Abah kembali menjadi seorang guru dan pada tahun 1963 diberangkatkan atas permintaan Soekarno ke Malaysia untuk memberantas buta huruf yang ada di negeri Jiran itu.
Pria yang kini telah memasuki usia senja yakni sekira 98 tahun ini juga pernah menjadi bagian penting dalam pembuatan lagu berjudul “Oemar Bakrie” yang amat populer dinyanyikan oleh Iwan Fals, terutama pada generasi 90-an.