Jalan Panjang Ibu-ibu Ojek Makanan Balita untuk Tangani Masalah Gizi di Tengah Pandemi

- 31 Maret 2021, 14:00 WIB
Ibu-ibu anggota Omaba menyiapkan paket makanan sehat untuk balita kurang gizi
Ibu-ibu anggota Omaba menyiapkan paket makanan sehat untuk balita kurang gizi /instagram @dapuromaba


PRFMNEWS - Permasalahan nutrisi atau gizi pada balita harus mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Pasalnya, hasil riset Studi Status Gizi Balita di Indonesia Kementerian Kesehatan pada 2019, menunjukkan 27,6 persen dari 5 juta bayi yang lahir di Indonesia setiap tahunnya dalam kondisi stunting.

Tak terkecuali di Kota Bandung, permasalahan gizi pada balita di Kota Bandung jumlahnya meningkat. Pada tahun 2020 tercatat ada 1.218 balita gizi buruk dan 4.490 lainnya mengalami kekurangan gizi.

Padahal sebelumnya pada 2019, permasalahan gizi di Kota Bandung berada di angka 3,22 persen atau sebanyak 678 balita dengan gizi buruk dan 3.321 lainnya mengalami kekurangan gizi.

Baca Juga: Omaba Bawa Kota Bandung Duduki 15 Besar Guangzhou International Award

Untuk itu, Kota Bandung punya inovasi Ojek Makanan Balita (Omaba) yang terbentuk sejak 2013. Omaba memiliki misi menyediakan makanan sehat bagi balita kemudian diantar ke rumah-rumah balita penyandang masalah gizi dari keluarga kurang mampu.

Penggagas Omaba, dr Sonny Sundari M.Kes yang juga dokter di Puskesmas Riung Bandung menuturkan, pada awalnya Omaba terdiri dari 6 orang pelaksana dan semuanya adalah wanita. Kemudian berkembang menjadi 10 pelaksana hingga saat ini.

Omaba ingin menangani masalah kekurangan gizi pada balita warga kurang mampu lewat paket makanan sehat yang diberikan setiap hari selama tiga bulan. Sasarannya pada saat ini yaitu sekitar 11 balita di Kecamatan Gedebage.

Baca Juga: Hubungan Gizi dengan Kualitas Sumber Daya Manusia

"Protap Pemberian Makanan Tambahan (PMT) pemulihan untuk penanggulangan gizi buruk itu sudah ada dari dulu, hanya kurang bisa berjalan, jadi Omaba itu adalah suatu inovasi strategi agar penanggulangan gizi buruk sesuai protap dan tepat sasaran," ungkap Sonny saat kepada prfmnews.id, Selasa 30 Maret 2021.

Dapur Omaba berada di Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Setiap harinya ibu-ibu Omaba memasak makanan sehat kemudian mengantarkannya menggunakan motor operasional ke tiap sasaran Omaba.

Namun sayangnya, Sonny mengakui kegiatan Omaba terpaksa terhenti selama setahun kebelakang karena tidak adanya anggaran akibat pandemi Covid-19.

Baca Juga: Dokter Gizi Sebut Obesitas Tingkatkan Risiko Tertular Covid-19

Para ibu-ibu Omaba bahkan sempat menggunakan dana pribadi hasil penjualan kue kering untuk menyiapkan makanan bagi balita penderita kekurangan gizi.

"Nah ibu-ibu itu kan ada tabungan bikin kue kering, mereka sisihkan untuk buat makanan siap saji dan dibagikan oleh mereka," ujarnya.

Tetapi karena dana sangat minim, program Omaba tidak berjalan maksimal. Ketersediaan dana mereka hanya cukup untuk memberi makanan kepada 10 balita untuk satu hari saja.

Baca Juga: Rajin Konsumsi Susu, Cara Tepat Jaga Asupan Gizi Bagi Kaum Muda

Setelah itu Omaba pun vakum selama setahun kedepan hingga hari ini. Padahal kondisi pandemi Covid-19 berpotensi menambah banyak balita yang kekurangan gizi.

"Program Omaba ini nggak ada pos (anggarannya), jadi kemarin vakum satu tahun ini,
kemarin sama sekali tidak ada dana. Paling dana-dana dari mereka (swadaya) atau donatur," ungkapnya.

Ia menyayangkan hal ini, karena Omaba Kota Bandung baru saja masuk 15 besar dalam ajang penghargaan inovasi kota internasional yaitu Guangzhou International Award pada tahun ini. Bahkan menjadi satu-satunya kota di Asia Tenggara yang masuk dalam 15 besar pada lomba di tingkat internasional itu.

Sangat disayangkan apabila inovasi yang sudah diakui dunia ini tidak berjalan. Selain punya misi mulia mengatasi gizi buruk, Omaba juga bisa membantu mengurangi angka stunting yang sangat berpengaruh terhadap generasi masa depan.

Baca Juga: Pentingnya Menjaga Gizi untuk Anak Sekolah

"Setahun biasanya dua kali (program berjalan) kalau ada dana, kalau nggak ada setahun sekali atau dalam 3 bulan saja, tapi sekarang tidak ada kegiatan sama sekali," imbuhnya.

Sonny sangat berharap program Omaba dapat dilanjutkan dan berjalan berkesinambungan. Komitmen dari pemerintah pusat maupun Kota Bandung adalah kunci dengan serius memperhatikan permasalahan gizi pada balita.

Terpilihnya inovasi Omaba di Guangzhou International Award juga karena program ini dinilai penting untuk sustainable development, mulai dari mengatasi kelaparan, pemberdayaan perempuan, hingga kelangsungan kehidupan kota.

"Artinya, orang luar yang memang tahu tujuan atau output Omaba ini bermanfaat bagi masyarakat, jadi kenapa tidak dilakukan berkesinambungan," paparnya.***

Editor: Rizky Perdana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x