Waspada Kekeringan Dampak El Nino Selama Musim Kemarau di Bandung Raya

6 Juni 2023, 15:10 WIB
Ilustrasi Kemarau / Pixabay /

PRFMNEWS – BMKG meminta pemerintah daerah dan masyarakat di wilayah Bandung Raya, Jawa Barat, mewaspadai dampak fenomena El Nino yang dapat membuat musim kemarau berlangsung lebih lama dan lebih kering.

Periode bulan yang diprediksi terjadi El Nino dan berpotensi memicu musim kemarau panjang tahun 2023 ini hingga mengakibatkan kekeringan di wilayah Bandung Raya disampaikan BMKG.

Wilayah Bandung Raya yang berpotensi terdampak kekeringan akibat El Nino, kata Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung Teguh Rahayu, yakni mencakup Kota Cimahi, Kota dan Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, serta Kabupaten Sumedang.

Baca Juga: Pemetaan Area Berpotensi Alami Kekeringan, Pemkab Garut Bersiap Hadapi Musim Kemarau

"Apabila El Nino ini terjadi, maka wilayah Jawa Barat akan termasuk pada wilayah terdampak El Nino di Indonesia, termasuk juga wilayah Bandung Raya," ujar Teguh Rahayu, dikutip prfmnews.id dari ANTARA.

Teguh menyebut, rentang periode waktu diprakirakan wilayah Bandung Raya memasuki musim kemarau yaitu antara bulan Mei dasarian II hingga Juni dasarian I.

El Nino, tambahnya, adalah fenomena pemanasan suhu muka laut di atas kondisi normal di Samudra Pasifik bagian tengah.

Baca Juga: Warga Sampaikan Aspirasi Ingin CFD Dago Digelar Setiap Pekan

Kondisi ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah serta mengurangi curah hujan dan memicu terjadinya kekeringan di wilayah Indonesia.

“Jika musim kemarau berlangsung lebih lama dan lebih kering dari biasanya, maka akan ada peningkatan risiko kekeringan, kekurangan air bersih, kebakaran hutan dan lahan, hingga gangguan produksi pangan,” jelasnya.

Oleh karena itu, dia mengimbau agar menyiapkan cadangan air dengan memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penampung air lain pada akhir musim hujan.

Baca Juga: Ternyata Ini Alasannya, Mengapa 'Lampu Merah' Menggunakan Warna Merah, Kuning dan Hijau

"Perlu dipahami bahwa musim kemarau tidak berarti hujan akan tidak terjadi sama sekali, tapi tetap terjadi namun dengan frekuensi dan intensitas yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan musim hujan dan masa peralihan," tuturnya.

Dia juga menyampaikan bahwa BMKG belum pernah mengeluarkan peringatan dini mengenai kondisi panas ekstrem karena menurut hasil pengamatan kondisi panas ekstrem belum pernah terjadi di wilayah Indonesia.

"Yang perlu dipahami adalah, pada musim kemarau tutupan awan akan lebih sedikit dibandingkan dengan musim hujan dan masa peralihan, sehingga sinar matahari akan lebih banyak mencapai permukaan bumi, yang menyebabkan cuaca terasa panas terik. Tetapi, suhunya tidak mencapai kategori ekstrem," ungkapnya.***

 

 

 

 

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler