Ungkap Misteri Temuan Rambut Harimau di Kebun Rakyat Sukabumi, BRIN Lakukan Analisis DNA, Ini Hasilnya

- 27 Maret 2024, 09:00 WIB
Sehelai rambut Harimau Jawa ditemukan di pagar pembatas antara kebun rakyat dengan jalan desa di Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat.
Sehelai rambut Harimau Jawa ditemukan di pagar pembatas antara kebun rakyat dengan jalan desa di Cipeundeuy, Sukabumi Selatan, Jawa Barat. /BRIN/

PRFMNEWS – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan serangkaian analisis DNA terhadap sampel rambut harimau yang ditemukan warga pada malam hari di pagar pembatas antara kebun rakyat dengan jalan Desa Cipeundeuy, Surade, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada sekira 4 tahun lalu.

Hasil serangkaian uji DNA yang dilakukan BRIN terhadap sampel rambut harimau yang ditemukan warga di Kabupaten Sukabumi pada 19 Agustus 2019 lalu ini semakin memantapkan keyakinan para peneliti tentang keberadaan Harimau Jawa setelah 43 tahun dikabarkan telah punah.

“Rambut tersebut ditemukan oleh Kalih Reksasewu atas laporan Ripi Yanuar Fajar yang berpapasan dengan hewan mirip Harimau Jawa yang dikabarkan telah punah, pada malam hari 19 Agustus 2019. Ripi adalah seorang penduduk lokal yang berdomisili di Desa Cipeundeuy, Sukabumi Selatan,” kata Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN Wirdateti dikutip prfmnews.id dari laman resmi BRIN.

Baca Juga: Timnas Indonesia Kalahkan Vietnam, Shin Tae-yong: Para Pemain Berjuang Keras dan Melakukan yang Terbaik

Harimau Jawa yang rambutnya ditemukan di Sukabumi Selatan tersebut, lanjut Teti, termasuk dalam kelompok yang sama dengan spesimen Harimau Jawa koleksi Museum Zoologicum Bogoriense (MZB) pada 1930.

Menurutnya, keyakinan tersebut diperkuat oleh prosedur ilmiah lain yang telah dilakukan. Selain menemukan rambut, dari lokasi tersebut juga ditemukan bekas cakaran mirip harimau yang semakin menguatkan Teti untuk melakukan observasi lanjutan.

Identifikasi awal Teti bersama tim adalah melakukan studi perbandingan sampel rambut harimau yang ditemukan di Sukabumi Selatan dengan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB. Kemudian beberapa subspesies sampel harimau lain, yaitu Harimau Bengal, Amur dan Sumatra, serta Macan Tutul Jawa yang digunakan sebagai kontrol.

“Hasil perbandingan antara sampel rambut Harimau Sukabumi menunjukkan kemiripan sebesar 97,06 % dengan Harimau Sumatera, dan 96,87 dengan Harimau Benggala. Sedangkan spesimen Harimau Jawa koleksi MZB memiliki 98,23 kemiripan dengan Harimau Sumatera,” jelas Teti.

Sementara itu, hasil studi pohon filogenetik menunjukkan sampel rambut Harimau Sukabumi dan spesimen harimau koleksi MZB berada dalam kelompok yang sama, namun terpisah dari kelompok subspesies harimau lain. Selanjutnya, Macan Tutul Jawa berdasarkan sampel yang diperoleh dari spesimen MZB.

Baca Juga: Pemudik Diminta Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem di Masa Mudik Balik Lebaran Tahun ini

Untuk memperkuat observasinya, Teti bersama tim juga melakukan wawancara mendalam dengan Ripi Yanuar Fajar yang melihat harimau tersebut. Wawancara dilakukan saat survei pada 15-19 Juni 2022 pada lokasi ditemukannya sampel rambut.

Teti memaparkan bahwa analisis genetik DNA memiliki tingkat sensitivitas yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan konservasi dan mengklarifikasi ketidakpastian taksonomi.

Para peneliti lantas merekonstruksi filogeografi dan demografi untuk menyelidiki nenek moyang genetik subspesies.

Ekstraksi DNA total yang dilakukan menggunakan Dneasy Blood & Tissue Kit sesuai protokol. Protokol tersebut telah dimodifikasi dengan menambahkan proteinase, karena tingginya kandungan protein pada rambut.

"Amplifikasi PCR seluruh sitokrom b mtDNA dilakukan dengan primer khusus untuk harimau. Selanjutnya, seluruh hasil sekuens nukleotida disimpan menggunakan BioEdit dan diserahkan ke GenBank," katanya.

Urutan komplemen antara primer forward dan reverse diedit menggunakan Chromas Pro. Semua urutan nukleotida dugaan harimau jawa dibandingkan dengan data sekuen Genbank National Center for Biotechnology Information (NCBI).

Penyelarasan DNA dilakukan menggunakan Clustal X dan data dianalisis menggunakan MEGA.

Baca Juga: Kemenhub Siapkan Stasiun Manggarai untuk Keberangkatan Kereta Mudik Lebaran 2024 dari Jakarta

Harimau Jawa yang bernama latin Panthera tigris sondaica merupakan hewan endemik Pulau Jawa dan tersebar luas di hutan dataran rendah, semak belukar, dan perkebunan. Aktivitas perburuan dan perubahan tata guna lahan membuat keberadaan spesies kucing terbesar itu menghilang.

Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengategorikan Harimau Jawa sejak 1980-an dan Harimau Bali yang bernama latin Panthera tigris balica telah punah berdasarkan assesment pada 2008 dari IUCN.

Penampakan terakhir Harimau Jawa terkonfirmasi di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur, pada tahun 1976. Adapun saat ini hanya Harimau Sumatera yang bernama latin Panthera tigris sumatrae yang masih tersisa di Indonesia.

Meski sampel rambut dan cakaran ditemukan di Sukabumi Selatan, namun para peneliti masih belum berani menyatakan Harimau Jawa ada di alam liar karena kondisi tersebut masih perlu dikonfirmasi dengan studi genetik dan lapangan lebih lanjut.***

Editor: Rifki Abdul Fahmi


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x