LAPAN: Fenomena Langka akan Terjadi pada 3 November, Waktu Sholat akan Terpengaruh

- 1 November 2022, 15:15 WIB
Ilustrasi Siang Hari
Ilustrasi Siang Hari /Pexels.com @Skitter Photo

PRFMNEWS – Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengumumkan pada 3 November 2022 akan terjadi fenomena langka.

Fenomena langka itu adalah waktu tengah hari terjadi lebih awal dari biasanya.

Menurut LAPAN, fenomena ini akan muncul di seluruh wilayah Indonesia, termasuk Bandung dan sekitarnya.

Baca Juga: Gerhana Bulan Total 8 November 2022 Selama 1,5 Jam, BMKG: Warga Jabar Bisa Lihat Fase Puncak, Catat Jadwalnya

LAPAN menyatakan fenomena tengah hari terjadi lebih awal pada 3 November 2022 di Bandung dan wilayah Indonesia lainnya akan memunculkan dampak khusus, termasuk berpengaruh terhadap waktu sholat.

Penyebab fenomena tengah hari terjadi lebih awal pada 3 November 2022 ini dijelaskan Peneliti Pusat Riset Antariksa LAPAN Andi Pangerang.

Andi mengatakan, setiap tanggal 3 November, tengah hari memang akan terjadi lebih cepat. Hal ini karena nilai perata waktu yang lebih besar (lebih positif) sehingga Matahari akan berkulminasi lebih awal dibandingkan hari-hari biasanya dalam setahun.

Baca Juga: Gerhana Bulan Total akan Terjadi pada 8 November 2022, Berikut Penjelasan BMKG

Perata waktu adalah selisih antara Waktu Matahari Sejati dengan Waktu Matahari Rata-Rata.

Waktu Matahari Sejati adalah waktu yang diukur berdasarkan gerak semu harian Matahari sebenarnya. Sedangkan, Waktu Matahari Rata-Rata adalah waktu yang diukur berdasarkan gerak semu harian Matahari rata-rata, yakni tepat 24 jam.

Nilai perata waktu ketika tengah hari 3 November di Indonesia adalah +16 menit 27 detik.

Baca Juga: TV Analog Dimatikan Besok! Berikut 6 Perbedaannya dengan TV Digital

Secara umum, dampak tengah hari lebih awal akan menyebabkan waktu terbit Matahari, waktu Dhuha maupun waktu Subuh yang lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya.

Kondisi tersebut terutama akan terjadi bagi wilayah selatan Indonesia, seperti Jawa (termasuk Jawa Barat) dan Nusa Tenggara.

Hal ini dikarenakan durasi malam hari yang semakin lebih kecil jika dibandingkan dengan durasi siang hari untuk belahan selatan pada umumnya, ditambah juga dengan tengah hari yang lebih awal, sehingga ketiga waktu salat ini menjadi lebih cepat.

Baca Juga: LAPAN Sebut Para Pemantau Hilal Dilengkapi Teknologi Canggih

Sedangkan, tengah hari lebih awal akan menyebabkan waktu terbenam Matahari (Magrib) maupun waktu Isya yang lebih cepat dibandingkan hari-hari lainnya.

Terutama bagi wilayah utara Indonesia seperti Aceh, Sumatera Utara, Kep. Natuna (Provinsi Kep. Riau), Kalimantan Utara dan Kep. Sangir-Talaud (Sulawesi Utara).

“Hal ini dikarenakan durasi malam hari yang semakin lebih besar jika dibandingkan dengan durasi siang hari untuk belahan utara pada umumnya, ditambah juga dengan tengah hari yang lebih awal, sehingga kedua waktu salat ini menjadi lebih cepat,” jelas Andi.

Pada 3 November 2022 waktu tengah hari di Kota Bandung yaitu pukul 11:33 WIB dan Jakarta pada pukul 11:36 WIB. Sedangkan waktu tengah hari yang paling cepat terjadi di Kepulauan Kangean, Jawa Timur, yaitu pada pukul 11.01 WIB.

 

Penjelasan Lengkap

Perata waktu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu deklinasi Matahari dan kelonjongan orbit Bumi.

Deklinasi adalah sudut yang dibentuk antara ekuator langit (proyeksi ekuator Bumi pada bola langit) dengan ekliptika (lintasan edar Bumi mengelilingi Matahari).

Nilai minimum deklinasi saat ini adalah −23,44° derajat, sedangkan nilai maksimumnya adalah +23,44°. Kedua nilai ini didasarkan kemiringan sumbu rotasi Bumi terhadap garis tegak lurus ekliptika sebesar 23,44°.

Kemiringan sumbu rotasi Bumi senantiasa berubah dengan periode 41.000 tahun; yakni 22,1° di tahun 8700 SM dan 24,5° di tahun 11800 M mendatang. Siklus ini disebut juga Siklus Milankovitch.

Orbit Bumi yang lonjong membuat Bumi di satu waktu berada pada titik terdekat dari Matahari, disebut juga perihelion, dan di waktu lain berada pada titik terjauh dari Matahari, disebut juga aphelion.

Saat harga mutlak deklinasi Matahari berkurang (Juni-September dan Desember-Maret), Matahari akan berkulminasi lebih lambat.

Sedangkan saat harga mutlak deklinasi Matahari bertambah (September-Desember dan Maret-Juni), Matahari akan berkulminasi lebih cepat.

Saat Bumi menjauhi titik perihelion menuju aphelion (Januari-Juli), Matahari akan berkulminasi lebih lambat. Sedangkan saat Bumi menjauhi titik aphelion menuju perihelion (Juli-Januari), Matahari akan berkulminasi lebih cepat.

“Kombinasi dari kedua faktor inilah yang membuat Matahari akan berkulminasi lebih cepat pada September-Desember dengan puncaknya pada 3 November,” kata Andi dalam keterangan tertulisnya, dikutip prfmnews.id pada 1 November 2022.

Meski demikian, Andi menegaskan bahwa fenomena langka 3 November ini tidak akan berdampak bagi kehidupan termasuk kesehatan manusia di Bumi.***

Editor: Rizky Perdana


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah