PRFMNEWS - Masyarakat geram dengan langkah aparat yang menghapus sejumlah mural mirip Presiden Jokowi yang bernada kritik di beberapa daerah seperti di Tangerang dan Bandung.
Banyak yang menilai langkah tersebut terlalu berlebihan dan terkesan negara membatasi kreativitas dan hak menyampaikan pendapat.
Menanggapinya, Pakar Komunikasi Unpad, Dadang Rahmat Hidayat juga menilai, mural tersebut hanya sebuah pesan biasa dan belum masuk kepada area provokatif.
Baca Juga: Satpol PP Hapus Mural Mirip Jokowi di Kota Bandung karena Penggunaan Masker Tidak Sesuai Ketentuan
"Kalau saya memandangnya itu pesan biasa, belum masuk kepada area provokatif, tapi berpotensi provokatif, ini bisa memicu," kata Dadang saat on air di Radio 107,5 PRFM News Channel, Sabtu 28 Agustus 2021.
Justru menurutnya, apabila tindakan negara terhadap mural itu salah langkah, maka ini bisa memicu mural-mural lain yang lebih banyak.
Menghapus mural sudah termasuk respons komunikasi politik dari pemerintah, tapi hal ini belum tentu membuat mural itu terhenti, justru bisa lebih banyak lagi.
Baca Juga: Polisi Cari Pembuat Mural Mirip Jokowi di Flyover Pasupati Bandung
"Kalau tindakan terhadap mural itu tidak tepat ini bisa memacu mural-mural lain bisa aja lebih banyak, jadi respons komunikasi politik itu belum tentu membuat mural ini berhenti," ungkapnya.
Contohnya mural mirip Jokowi yang matanya ditutupi masker di tembok flyover Pasupati Bandung, Dadang menyebut aparat tidak perlu menghapus muralnya, tapi cukup dengan respons lain yang lebih tepat.