Pemudik Marah-marah ke Petugas, Psikolog: Minta Maaf Tidak Buat Jera, Harusnya Bersih-bersih Kantor Polisi

18 Mei 2021, 17:16 WIB
Seorang penumpang perempuan saat maki petugas yang marah diputar balik di pos penyekatan Bogor-Sukabumi /Tangkapan layar Instagram/@kabarnegri//


PRFMNEWS - Fenomena pemudik marah-marah ke petugas viral di media sosial. Bahkan bukan cuma satu, beberapa pemudik viral memaki petugas karena tidak mau mengikuti aturan larangan mudik Lebaran 2021.

Fenomena semacam ini ternyata dapat ditelisik dari sisi psikologis. Menurut Pakar Psikologi Universitas Padjadjaran Dr. Ahmad Gimmy Pratama, M.Si., Psikolog, marah dipengaruhi sistem psikofisiologis.

Mulai dari tingkat ketahanan fisik hingga kemampuan berpikir, mengelola emosi, serta kemampuan individu dalam membaca nilai-nilai yang ada di sekitar.

Baca Juga: Pengendara yang Viral Memaki Petugas Karena Menolak Diputar Balik Akhirnya Minta Maaf

Sementara aspek lingkungan, perilaku marah dipengaruhi kondisi lingkungan sekitar, cuaca, hingga reaksi lingkungan sosial maupun lingkungan fisiknya.

"Jika dikaitkan dengan peristiwa pemudik yang marah-marah saat ditegur Polisi, hal tersebut diakibatkan oleh luapan emosi yang mengendap saat pemudik melakukan perjalanan," ujar Gimmy dalam keterangannya, Selasa 18 Mei 2021.

Hal yang ia sayangkan sebenarnya adalah tindakan petugas yang tidak memberikan sanksi sosial kepada mereka.

Baca Juga: Viral Cek Poin Kedungwaringin Dijebol Pemudik, Dishub: Ada Modus Baru dan Provokator

Kerap kali tindakan pemudik marah berujung dengan permintaan maaf. Menurut Gimmy, hal ini tidak membuat seseorang menjadi lebih matang dan jera.

“Sebetulnya perlu dikendalikan dan diberi punishment (hukuman),” kata Gimmy.

Ia menjelaskan, sanksi yang diberikan tidak perlu dilakukan hukuman kurungan penjara. Namun, sebaiknya diberi sanksi sosial.

Baca Juga: Enggan Diputarbalik, Dua Wanita ini Marah-Marah Dulu, Minta Maaf Kemudian

Polisi sebaiknya melakukan pendekatan restorative justice atau pendekatan yang menitikberatkan pada kondisi terciptanya keadilan atau keseimbangan bagi pelakunya.

“Jangan hanya minta maaf lalu selesai. Harusnya ada hukuman sosial, seperti bersih-bersih kantor polisi atau kerja sosial lainnya. Biar orang melihat bahwa pelaku tersebut dihukum,” jelasnya.

Efek jera harus diberikan kepada pelaku. Ini disebabkan, reaksi marah berlebihan akan berdampak buruk. Salah satunya jika reaksi tersebut dilihat langsung oleh anak kecil.

Baca Juga: Kemarin Jabar Tertinggi Kasus Baru Corona se-Indonesia, IDI: Tingkatkan 3T

Pasalnya anak yang melihat langsung bagaimana orang tua ataupun orang dewasa mengeluarkan reaksi marah berlebih akan diikuti ketika ia dewasa.

“Kalau anak kecil melihat reaksi-reaksi tersebut, maka nanti dia akan berpikir bahwa kalau kesal boleh demikian. Itu yang mengkhawatirkan,” tuturnya.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler