Hari AIDS Sedunia, Indonesia Hanya Mampu Mengobati ODHA di Bawah 40 Persen

1 Desember 2020, 19:49 WIB
Poster World AIDS Day atau Hari AIDS Sedunia yang diperingati setiap tanggal 1 Desember. / /Freepik/

PRFMNEWS - Tanggal 1 Desember ini diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia, lantas bagaimana perkembangan penanganan HIV/AIDS di Indonesia?

Sejak 2016, semua negara anggota PBB termasuk Indonesia sudah berkomitmen mengakhiri AIDS (Ending AIDS) pada 2030. Namun sayangnya, Indonesia masih jauh dari kata mampu menangani para Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

Berdasarkan data, pada tahun 2020 ini Indonesia baru mampu melakukan pengobatan kurang dari 40 persen ODHA dari target dunia 90 persen. Sangat jauh sekali dari target, bahkan pada tahun sebelumnya hanya mampu 19 persen.

Baca Juga: Data Terbaru Kecelakaan Beruntun di Tanjungsari Sumedang, Total 6 Kendaraan Terlibat

"Situasi Indonesia saat ini tidak sampai 40 persen, bahkan 32 sekian persen, tahun lalu cukup menyedihkan hanya 19 persen. Kita termasuk yang terkecil di Asia Pasifik soal pengobatan," ujar Direktur Pusat Kajian Kesehatan Reproduksi, dr Bagus Rahmat Prabowo saat on air di Radio 107,5 PRFM News Channel, Selasa 1 Desember 2020.

Sehingga menurut Bagus, masih ada sisa 70 persen orang di luar sana yang tidak terobati dan berpotensi menularkan HIV/AIDS ke lebih banyak orang.

Dampaknya tentu akan meningkatkan angka infeksi baru HIV/AIDS yang saat ini Indonesia sudah tergolong tinggi infeksinya di Asia Pasifik. Bahkan angka kematiannya juga masih tinggi.

Baca Juga: Jumlah Kematian Dokter saat Penanganan Pandemi Capai 184 Orang, 15 di Antaranya Bertugas di Jabar

"Indonesia termasuk negara yang kurang berhasil penanganan HIV, padahal sudah 15 tahun lebih punya berbagai macam peraturan tapi ternyata masih gagal," imbuhnya.

Apa kendalanya? Bagus menilai kurangnya komitmen dari pemangku kepentingan menjadi alasan penanganan HIV/AIDS di Indonesia masih buruk. HIV masih dianggap sebagai isu yang kurang menarik baik di tingkat eksekutif dan legislatif.

Belum lagi karena dampak desentralisasi, menyebabkan beberapa kepala daerah yang tidak tertarik terhadap isu AIDS cenderung menarik diri dan tidak menjalankan program tersebut.

Baca Juga: Kota Bandung Zona Merah Lagi, 6 OPD Ini Diberi Instruksi Khusus

Baca Juga: Curug Jompong Bakal Jadi Sumber Air Baku Tambahan Bagi Kota Bandung

"Jadi kalau bicara HIV AIDS itu biasanya kebanyakan kepala daerah akan menarik diri dan hanya komitmen politis, dan itu masih kurang. Contoh ada di beberapa derah di Jawa Barat tidak ada komisi penanggulangan AIDS sedangkan kasusnya semakin meningkat," jelasnya.

Bahkan lebih menyedihkan lagi masih ada beberapa daerah yang memperingati Hari AIDS Sedunia sebagai bentuk perayaan. Bagus menegaskan, seharusnya hari ini dianggap sebagai momen mengenang sekaligus merefleksi apa saja yang sudah kita lakukan untuk membantu teman-teman pengidap HIV/AIDS.

"Pengelola program juga tidak serius, contohnya di hari ini bukan untuk perayaan, salah besar, tapi untuk mengingat korban AIDS, jadi mengenang sekaligus refleksi apa yang sudah kita lakukan," pungkasnya.***

Editor: Rizky Perdana

Tags

Terkini

Terpopuler